Menjelang Pemungutan Suara Ulang Pilkada Kabupaten Tasikmalaya 2025: Menakar Tantangan dan Harapan

photo author
- Rabu, 9 April 2025 | 14:40 WIB
Peta Kabupaten Tasikmalaya. (Google Maps)
Peta Kabupaten Tasikmalaya. (Google Maps)

Oleh: Hendri Sabeth
Tokoh Muda Tasikmalaya, Alumni ITB , Founder TSLF (Tasikmalaya Strategic Leadership Forum).

Bisnisbandung.com - Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Tasikmalaya 2025 tinggal menghitung hari, tepatnya akan dilaksanakan pada 19 April 2025.

Pilkada sebagai bagian dari agenda demokrasi lima tahunan, baik di tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional, selalu menjadi momen harapan besar bagi rakyat Indonesia dalam menentukan arah kepemimpinan daerahnya.

Namun, Pilkada Kabupaten Tasikmalaya kali ini mencatatkan sejarah yang kurang menggembirakan.

Baca Juga: Diam-Diam Prabowo Temui Megawati, Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah: Tanda Hubungan dengan Jokowi Tak Lagi Mesra

Kabupaten ini menjadi satu dari 24 daerah yang harus melaksanakan PSU, sebuah catatan kritis dalam perjalanan demokrasi lokal.

Tak hanya berdampak pada aspek legalitas dan politik, pelaksanaan ulang ini juga menimbulkan kerugian besar—baik secara anggaran, sosial, maupun keberlangsungan pembangunan daerah.

Dana yang besar telah digelontorkan melalui APBD untuk pelaksanaan Pilkada 2024, dan kini harus dikucurkan kembali untuk PSU. Padahal, anggaran tersebut sejatinya bisa dialokasikan untuk program-program peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Secara sosial, ketegangan antarpendukung yang muncul berpotensi mengganggu kohesi sosial jika tidak dikelola dengan bijak.

Baca Juga: Pertemuan Prabowo dan Pemred Ramai Dibahas, Pengamat Politik Senior: Tapi Kenapa Jokowi ‘Dilupakan’?

Di sisi lain, proses transisi kepemimpinan yang tertunda menyebabkan stagnasi kebijakan dan proyek pembangunan.

Dalam konteks tersebut, tulisan ini ingin menggarisbawahi sembilan permasalahan krusial yang harus menjadi prioritas bagi pemimpin terpilih hasil Pilkada Kabupaten Tasikmalaya 2025–2030:

1. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Tingkat putus sekolah di daerah pedesaan masih tinggi. Persentase lulusan SMA/SMK yang melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi hanya sekitar 15%. Ini mencerminkan rendahnya akses dan motivasi pendidikan lanjutan di kalangan generasi muda.

SDM adalah fondasi utama kemajuan suatu daerah. Pemimpin ke depan harus menghadirkan kebijakan pendidikan yang progresif dan menyeluruh, dari infrastruktur pendidikan hingga peningkatan kualitas guru dan beasiswa pendidikan tinggi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Alit Suwirya

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

SMK Go Global dan Arah Pendidikan Kita

Senin, 8 Desember 2025 | 19:00 WIB

Ketika Budaya Masuk, Keyakinan Tersentuh

Senin, 1 Desember 2025 | 11:00 WIB

Kisah Desa Wisata yang Mencari Jalan Pulang

Senin, 1 Desember 2025 | 10:01 WIB

Judol, Ketika Kebebasan Berubah Menjadi Jerat

Jumat, 21 November 2025 | 14:20 WIB

Di Antara Idealisme dan Royalti

Rabu, 12 November 2025 | 06:00 WIB

Percakapan tentang Setetes Kehidupan

Sabtu, 1 November 2025 | 18:00 WIB

Jabat Tangan di Bawah Langit Islam

Senin, 13 Oktober 2025 | 20:35 WIB

Bandung di Persimpangan

Minggu, 5 Oktober 2025 | 20:00 WIB

Mimpi di Balik Gerobak

Rabu, 24 September 2025 | 09:45 WIB

Generasi Patah Sayap, Mimpi yang Terkubur

Senin, 15 September 2025 | 21:30 WIB

Saat Gizi yang Dijanjikan Membawa Nestapa

Jumat, 5 September 2025 | 12:30 WIB

Butiran Air Mata di Karung Beras

Jumat, 18 Juli 2025 | 17:00 WIB

Pak, Tahun Depan Aku Masih Bisa Ngajar, Nggak?

Selasa, 15 Juli 2025 | 10:30 WIB

Sungai Itu Masih Ingat Namamu

Sabtu, 12 Juli 2025 | 11:30 WIB

Sebuah Suara dari Desa untuk Negeri

Selasa, 1 Juli 2025 | 21:00 WIB

Cara Mendengar Suara Tuhan, Secara Mudah

Minggu, 29 Juni 2025 | 19:30 WIB
X