Kemampuan literasi siswa akan sulit meningkat tanpa adanya guru yang kompeten. Kurangnya budaya membaca merupakan tantangan yang serius karena untuk membangun pola pikir membaca adalah hal penting bukan hal yang mudah.
Baca Juga: Mindset Antikorupsi Prabowo Masih Seperti Poco-Poco, Pengamat Politik: Maju Mundur Tak Jelas
Untuk mengatasi tantangan ini, Indonesia harus menerapkan strategi komprehensif yang mencakup peningkatan pelatihan guru, peningkatan akses terhadap bahan bacaan, pengembangan budaya membaca, dan peningkatan infrastruktur pendidikan.
Beberapa kebijakan yang mengarah untuk menciptakan budaya literasi diantaranya adalah;
1) Meningkatkan kompetensi guru. Program Guru Penggerak bertujuan untuk membekali guru dengan keterampilan yang diperlukan untuk menumbuhkan lingkungan belajar yang mendukung dan meningkatkan hasil belajar siswa.
2) Mempromosikan literasi digital. Dengan adanya perkembangan teknologi, literasi digital mampu untuk mendukung budaya membaca lebih efektif.
3) Meningkatkan keterlibatan masyarakat. Melibatkan orang tua, pemimpin masyarakat, dan organisasi lokal dalam inisiatif literasi dapat meningkatkan dan menciptakan budaya membaca bagi masyarakat.
Baca Juga: Wow! Ferrari SF90 hingga Nismo GTR Disita Kejagung dalam Kasus Suap Ketua PN Jakarta Selatan
Dengan kata lain, untuk menciptakan manajemen budaya literasi yang efektif perlu adanya pembiasaan, pengembangan, dan pengajaran.
Oleh karena itu, apakah tujuan literasi nasional sekarang ini sudah bisa dikatakan berhasil? Dimana tujuan literasi nasional memerlukan fokus pada penciptaan budaya membaca dan menulis yang kuat melalui pendekatan sistematis yang melibatkan sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Oleh karena itu, agar literasi di Indonesia merata di semua kalangan, beberapa kebijakan diharapkan mampu mengatasi tantangan terkait sumber daya manusia dan materi untuk meningkatkan angka literasi.***