news

Monique Rijkers: Sejak Revolusi Islam Iran 1979, Iran Menyebarkan Propaganda Anti-Israel ke Dunia

Kamis, 26 Juni 2025 | 19:00 WIB
Monique Rijkers, seorang aktivis pro Israel (Tangkap layar youtube ILC)

Bisnisbandung.com - Aktivis pro-Israel asal Indonesia, Monique Rijkers, menyatakan bahwa sejak Revolusi Islam Iran tahun 1979, telah terjadi perubahan besar dalam sikap politik luar negeri Iran terhadap Israel.

Menurutnya, kebencian terhadap Israel yang diusung oleh rezim baru di Iran telah menjadi fondasi dari penyebaran propaganda anti-Israel secara global, termasuk melalui peringatan tahunan Hari Al-Quds yang pertama kali digagas oleh Ayatollah Khomeini.

Sebelum revolusi tersebut, Iran dan Israel memiliki hubungan bilateral yang bersahabat. Bahkan, Iran termasuk negara Muslim awal yang mengakui kemerdekaan Israel pada tahun 1948.

Baca Juga: Aktivis Pro-Israel Klaim Israel Menang: Serangan Tidak Membabi Buta seperti Iran

“Sejak Revolusi Islam Iran tahun 1979, apa yang terjadi? Mulailah ada Hari Al-Quds. Sejak ada Hari Al-Quds tahun 1979, propaganda anti-Israel menyebar ke seluruh dunia,” tuturnya dilansir dari youtube Indoensia Lawyers Club.

Namun, sejak pergantian rezim, hubungan itu memburuk drastis, disertai retorika-retorika keras yang menyerukan kebinasaan Israel di berbagai panggung internasional.

Monique menyoroti gencatan senjata yang difasilitasi oleh Amerika Serikat pasca konflik Iran-Israel sebagai bentuk perdamaian yang rapuh.

Menurutnya, tidak ada komitmen jelas dari pihak Iran untuk menghentikan serangan atau menghentikan dukungan terhadap kelompok-kelompok proksi bersenjata di sekitar Israel, seperti Hamas, Hizbullah, Houthi, serta milisi Syiah di Irak dan Suriah.

Baca Juga: Di Balik Konflik Iran dan Israel, Diduga Ada Pertarungan Dua Ideologi Mesianik Abad Modern

Ancaman terbesar, dalam pandangan Monique, adalah program nuklir Iran. Laporan terbaru dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyebutkan bahwa Iran telah memiliki uranium yang diperkaya hingga 60 persen, jumlah yang jika dilanjutkan hingga 90 persen dapat digunakan untuk membuat senjata nuklir.

Ia menilai bahwa tindakan Israel menghancurkan fasilitas-fasilitas nuklir Iran merupakan bentuk pencegahan terhadap potensi kehancuran besar-besaran di kawasan Timur Tengah.

Dalam pembahasannya, Monique menyinggung Doktrin Begin, yaitu prinsip keamanan nasional Israel yang memperbolehkan serangan preventif terhadap negara-negara yang mengembangkan senjata nuklir dengan potensi ancaman bagi eksistensi Israel.

Doktrin ini telah diterapkan dalam sejarah, seperti pada penghancuran reaktor nuklir Irak (Osirak) pada 1981 dan reaktor nuklir Suriah pada 2007.

Baca Juga: Israel Kalah dalam Dua Aspek Vital, Pengamat Timur Tengah Menilai Iran Menang 2-0

Halaman:

Tags

Terkini