Bisnisbandung.com - Hubungan antara Rusia dan Amerika Serikat kembali memanas setelah juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengeluarkan pernyataan kontroversial yang menyebut AS sebagai musuh.
Pernyataan ini menandai titik terendah baru dalam hubungan bilateral kedua negara dan mencerminkan meningkatnya ketegangan di tengah konflik Ukraina yang terus berlangsung.
Peskov mengungkapkan bahwa Rusia kini secara resmi menganggap Amerika Serikat sebagai negara musuh.
Pernyataan ini muncul setelah insiden di mana mantan perwira intelijen Amerika, Scott Ritter, dilarang masuk ke St. Petersburg dan paspornya disita oleh otoritas Rusia.
Baca Juga: Perang Dunia III Didepan Mata! NATO Susun Rencana Baru Yang Ingin Serang Rusia
Peskov menjelaskan bahwa tindakan ini mungkin terkait dengan aktivitas intelijen Ritter sebelumnya.
Menurut Peskov, jika larangan terhadap Ritter tidak terkait dengan aktivitas intelijen, maka tindakan tersebut bisa dianggap sebagai bagian dari upaya isolasi terhadap Rusia.
Langkah ini menimbulkan spekulasi bahwa Rusia mungkin menggunakan insiden ini untuk menekankan posisinya dalam hubungan internasional yang semakin tegang.
Situs investigasi independen Rusia, Agentstvo, mencatat bahwa ini adalah pertama kalinya Rusia secara terbuka menyebut Amerika Serikat sebagai negara "musuh".
Pernyataan ini menegaskan eskalasi retorika yang belum pernah terjadi sebelumnya antara kedua negara yang selama ini dikenal dengan hubungan yang penuh ketegangan.
Baca Juga: Perkuat Aliansi, Amerika Serikat Tunjuk Kenya sebagai Sekutu Non-NATO Perdana dari Afrika Sub-Sahara
Bryzka, seorang analis politik, berpendapat bahwa pernyataan Rusia ini bertujuan untuk mengintimidasi anggota NATO di Eropa.
Menurutnya, Rusia ingin menunjukkan bahwa Amerika Serikat secara ceroboh menyeret sekutu-sekutu NATO ke dalam konflik yang lebih besar dengan Rusia.
Strategi ini, menurut Bryzka, adalah bagian dari upaya Rusia untuk mengurangi dukungan internasional terhadap Ukraina.