bisnisbandung.com - Di tengah ketegangan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat yang dipicu oleh kebijakan tarif proteksionis Donald Trump.
Direktur Freedom Institute Rizal Mallarangeng menegaskan bahwa tantangan utama Indonesia bukan sekadar figur Trump.
Melainkan persoalan mendasar dalam struktur ekonomi domestik, khususnya pada aspek produktivitas dan daya saing industri nasional.
“Problem kita paling fundamental adalah productivity dan hubungannya dengan middle income trap,” bebernya dilansir Bisnis Bandung dari youtube tvonenews.
Baca Juga: PDI-P Tak Menutup Diri, Guntur Romli Beberkan Sikap Megawati terhadap Prabowo
Rizal menyampaikan bahwa langkah negosiasi dagang Indonesia ke Washington sebaiknya difokuskan pada strategi praktis yang dapat langsung dieksekusi, seperti mengalihkan sebagian pembelian minyak bumi dari negara lain ke Amerika Serikat.
Langkah ini dinilai sebagai upaya cepat untuk mengurangi surplus neraca perdagangan Indonesia terhadap AS tanpa mengganggu anggaran dalam negeri.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya penyesuaian tarif terhadap barang-barang impor dari AS, mengikuti praktik negara lain seperti Vietnam yang menetapkan tarif 0 persen untuk beberapa komoditas.
Baca Juga: Baru 413 RW Kelola Sampah, Wali Kota Bandung Farhan Dapat PR dari Gubernur Dedi Mulyadi
Penyesuaian ini dinilai bisa menjadi poin tawar penting dalam proses negosiasi bilateral yang sedang dirancang pemerintah Indonesia.
Namun, di luar dinamika teknis tersebut, Rizal menyoroti bahwa sistem pengambilan keputusan di AS saat ini sangat bergantung pada satu figur politik, yaitu Donald Trump.
Hal ini dinilai memperumit proses diplomasi karena struktur pemerintahan AS sendiri belum solid dalam memberikan kepastian pada negosiasi internasional.
Menurut Rizal, situasi global saat ini seharusnya menjadi momentum bagi Indonesia untuk mempercepat reformasi ekonomi, terutama dalam meningkatkan produktivitas industri nasional.
Baca Juga: HUT ke-77 Subang, Dedi Mulyadi: Tata Ruang Amburadul, Saatnya Ngabret!