Tarif Impor AS 19% Bawa Ancaman ke Sektor Energi dan Pangan, CELIOS Ungkap Dampak Buruk

photo author
- Rabu, 16 Juli 2025 | 17:00 WIB
Presden AS, Donald Trump (Tangkap layar youtube Metro TV)
Presden AS, Donald Trump (Tangkap layar youtube Metro TV)

bisnisbandung.com - Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, menyatakan bahwa penurunan tarif impor dari Amerika Serikat terhadap produk Indonesia menjadi 19% bukanlah kabar menggembirakan.

Menurutnya, keputusan tersebut justru membawa risiko besar terhadap sejumlah sektor strategis nasional, terutama energi dan pangan. Karena Trump sebut Indonesia akan membeli Energi AS senilai USD 15 Milliar dan 50 pesawat Boeing.

“Ini artinya yang harus dimonitor sekarang adalah implikasi dari tarif tadi. Meskipun sebagian menyebutnya kabar gembira karena bisa menolong industri padat karya, yang harus dimonitor adalah implikasi dari tarif 0% terhadap energi dan pangan,” jelasnya dilansir dari youtube Metro TV.

Baca Juga: HMI Bukan Organisasi Tumbuh dari Bawah!’ Adi Prayitno: Cak Imin Jadi Biang Keributan

Bhima menilai bahwa dibandingkan dengan Vietnam, posisi Indonesia masih tertinggal dalam hal efisiensi tarif.

Vietnam berhasil menurunkan tarif dari 46% menjadi 20%, sementara Indonesia hanya dari 32% ke 19%.

Dari selisih penurunan ini, Bhima menegaskan bahwa Vietnam justru memiliki posisi tawar lebih kuat dalam konteks perdagangan bilateral dengan AS.

Lebih jauh, ia mengingatkan bahwa tarif 19% bukan diberikan secara cuma-cuma. Ada konsekuensi besar di balik kesepakatan tersebut.

Baca Juga: Gibran Dibuang ke Papua? Pengamat Politik Bongkar Strategi Politik Licik di Balik Penugasan

Salah satunya adalah kewajiban Indonesia untuk membuka akses impor lebih besar bagi produk-produk asal Amerika Serikat. Ini termasuk pembelian suku cadang pesawat, onderdil kendaraan bermotor, LNG, serta BBM.

Menurut Bhima, skema ini berpotensi menambah beban pada sektor migas nasional, terutama karena Indonesia harus membeli produk-produk energi dari AS dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan harga pasar yang biasa dijangkau oleh importir nasional seperti Pertamina.

Ia pun memprediksi bahwa anggaran subsidi energi sebesar Rp200 triliun yang direncanakan untuk 2026 kemungkinan tidak akan mencukupi, jika beban impor energi dari AS meningkat.

Selain energi, sektor pangan juga tak luput dari perhatian. Bhima menyebut struktur impor pangan Indonesia dari AS didominasi oleh serealia seperti gandum, yang nilainya sangat besar.

Baca Juga: Dedi Mulyadi Menangis! Warga Makan Bangkai Ayam di Tengah Tumpukan Sampah TPA Sarimukti

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Durotul Hikmah

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X