Bisnisbandung.com - Pasukan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) dibawah pimpinan Kapten Westerling menyerang kota Bandung dari arah Cimahi. Serangannya langsung ke Markas (Stafkwartier) Divisi Siliwangi.
Banyak sekali tentara dan rakyat menjadi korban serangan mendadak APRA, 23 Januar 1950 itu. Mayat bergelimpangan di Tamblong dan sekitar Braga. Salahseorang di antara korban kekejaman Westerling tersebut, Letnan Kolonel Lembong.
Letnan Kolonel Lembong baru saja tiba di depan markas, tiba-tiba diberondong peluru, mayatnya ditusuki bayonet. Ia gugur di depan gedung yang belum lama dijadikan stafkuartier sementara.
Baca Juga: “Mereka Kembali” Jalan Kaki dari Yogya ke Jabar Pasukan Siliwangi Menempuh Perjalanan Dua Bulan
Kala itu Divisi Siliwangi baru saja masuk kota Bandung setelah penyerahan kedaulatan, sesuai dengan keputuisan Konferensi Meja Bundar (KMB). Letnan Kolonel Lembonglah yang mewakili Panglima Divisi Siliwangi karena Panglima, Kolonel Sadikin berada di Subang.
Sebagai peringatan atas gugurnya Letkol Lembong, jalan di depan markas (sekarang digiunakan museum perjuangan Mandala Wangsit Siliwangi), diberi nama Jalan Lembong Jalan pendek itu dulu disebut Jalan Suniaraja Timur.
Lalu siapalah Westerling itu? Di Indonesia ia dikenal sebagaik komandan pasukan yang sangat kejam. Sebelum penyerangan ke kota Bandung, Desember 1946, Westerling membantai lebih dari 400.000 rakyat Sulawesi.
Westerling bernama lengkap Raymond Pierre Paul Westerling, lahir 31 Agustus 1919 di Istambul, Kerajaan Ustmaniyah (Turki). Ibunya keturunan Turki bernama Sophie Moutzatzou. Sedangkan ayahnya, Paul Roe Westerling, orang Belanda.
Karena itulah, Kapten Westerling, anggota pasukan khusus Depot Speciale Troepen, dijuluki De Turk atau Turki Bule. Ia meninggal dunia 1 Desember 1987 di Purmerend dan dimakamkan di De Nieuwe Ooster, Amsterdam.
Baca Juga: Dalam Perundingan RENVILLE di Teluk Jakarta, Utusan Belanda Dipimpin Orang Indonesia
APRA merupakan pasukan beranggotalan sekira 800 orang terdiri atas para anggota bekas tentara pribumi pro-Belanda. Tentara Belanda eks pribumi itu ada KNIL, KL. Dan KM. Setelah penyerahan kedaulatan, pasukan-pasukan itu dilebur ke dalam APRIS.
Sama dengan sikap Belanda, mereka tidak setuju dengan perubahan bentuk negara dari RIS ke RI. Mereka ingin tetap menjadi bagian dari negara federal. Belanda mempertahankan RIS karena dapat dengan mudah mengendalikan negara-negara bagian.
Belanda menggunakian APRA mengusir pasukan Siliwangi dari Bandung sebagai Ibukota Negara Pasundan ,negara bagian RIS. APRA dapat menguasai Bandung namun tidak terlalu lama. Pasukan Siliwangi setelah berkonsolidasi langsung menyerang satuan-satuan APRA.