Beginilah Nasibnya soldadu Diosol-osol dan diadu-adu Tapi biar demi negeri Pasukan Siliwangi Saeutik ge mahi. Lagu itu menjadi Mars Siliwangi. Dengan penuh semangat dan hati riang, sekira 15 ribu tentara Siliwangi dan keluarga, pulang dari Yogya ke Jawa Barat.
Tanggal 9 November 1949 Pasukan Siliwangi, setelah hampir satu tahun berada di Yogya, mendapat perintah harus pulang ke Jawa Barat. Perintah itu disambut antusias semua anggota pasukan dan keluarga. Meskipun harus berjalan kaki, mereka siap.
Dari 35 anggota Pasukan Siliwangi yang tersebar pada kantung-kantung gerilya di seluruh Jawa Barat, tidak semuanya ikut hijrah. Banyak yang sengaja ditinggalkan di daerah-daerah. Bahkan sebelum ada perintah pulang sudah ada batalyon yang menyusup ke Jabar.
Baca Juga: Dalam Perundingan RENVILLE di Teluk Jakarta, Utusan Belanda Dipimpin Orang Indonesia
Perjalanan panjang Pasukan Siliwangi yang spektakuler itu dikenal dengan sebutan ”Long March” atau “Mereka Kembali”. Mereka berjalan menyusuri hutan dan sungai. Selain Halo-halo Bandung, mereka menyanyikan Mars Slw.
Dalam perjalan selama hampir dua bulan itu, Divisi Siliwangi dibagi menjadi 11 batayon. Dipencar menuju kantung gerilya masing-masing. Sebagian pasukan dipimpin Kastaf Divisi, Kolonel Daan Jahja serta Danyon, Mayor Daeng.
Pasukan yang kelelahan dalam perjalanan, tiba-tiba mendapat serangan tentara Belanda.
Kolonel Daan Jahja serta Mayor Daeng tertangkap. Pasukan dan keluarga terpencar-pencar.
Akhir Desember 1948, long march yang menghabiskan waktu hampir dua bulan itu masuk Jawa Barat. Sesuai dengan rencana, ada pasukan yang masuk ke Ciamis utara, Cirebon, Sumedang, Garut, Bandung, Bogor, dan utara Jabar.
Pasukan dan keluarga sangat bergembira dapat kembali ke kampung halamannya. Namun mereka tiba tidak semulus yang mereka kira. Belanda terus menghadang hampir di semua lini yang dikuasainya.
Satu hal yang tidak mereka ketahui sebelumnya, ternyata di Jawa Barat berdiri Darul Islam lengkap dengan tentaranya yakni Tentara Islam Indonesia. DI/TII yang dipimpin Marijan Kartosuwiryo menghadang pasukan Siliwangi.
Siliwangi harus melawan dua pasukan yakni tentara Belanda dan DI/TII. Daerah di luar kota, DI/TII menyatakan perang terhadap TNI. Banyak sekali rakyat yang tinggal di pinggir kota mengungsi ke kota-kota besar.
Konferensi Asia di New Delhi, India, 1 Januari 1949, menghasilkan keputusan yang berkaitan dengan Indonesia. Antara lain, Pemerintah RI kembali ke Yogyakarta dan penarikan tentara Belanda dari seluruh Indonesia.
Baru tanggal 27 Desember 1949, satu tahun setelah Konferensi New Delhi, Belanda mau memenuhi hasil Konferensi Asia itu. Pasukan Belanda ditarik dari Indonesia. Kedaulatan diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia.