Rakhmadi menyebut mereka datang dari berbagai kota besar seperti Makassar, Surabaya, dan Bandung, yang kemudian menyasar pekerja proyek IKN yang tinggal jauh dari keluarga.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran karena berpotensi merusak tatanan sosial dan keamanan di wilayah pengembangan IKN.
Apalagi, aktivitas prostitusi ini dijalankan secara tersembunyi dan cepat menyebar melalui media digital, membuatnya sulit dipantau secara langsung.
Satpol PP PPU kini terus berkoordinasi dengan aparat kepolisian dan pemerintah desa untuk memperketat pengawasan dan mendorong upaya preventif.
Baca Juga: Indonesia Kalah di Teknologi, Konten Kreator Edukasi Sarankan Fokus pada Kekuatan Unik
“Kami tidak ingin kawasan yang menjadi simbol masa depan Indonesia justru dibayang-bayangi oleh praktik menyimpang seperti ini,” tegas Rakhmadi.***
Artikel Terkait
Dari Sosok Inspiratif Hingga Terjerat Skandal, Perjalanan Gibran Sebagai CEO eFishery
Surat Kartini dalam 'Door Duisternis tot Licht': Habis Gelap Terbitlah Terang, Dari Penindasan Menuju Cahaya Perubahan
Tugu Biawak Wonosobo Rp 50 Juta Jadi Sorotan Kalahkan Patung Miliaran, Netizen: Kalau Tepat Sasaran, Hasilnya Mantap!
Conclave: Dibalik Pintu Tertutup Kapel Sistina Vatikan, Ada Agama, Politik dan Konspirasi Bertemu
Perbedaan Pandangan Presiden Prabowo dan Ustadz Abdul Somad Soal Mustafa Kemal Ataturk: Ikon atau Penista Agama?
Agenda 2030 Bukan Lagi Konspirasi: Total Kontrol Manusia Sedang Dijalankan Diam-Diam Lewat Bank Digital dan ID Global