BisnisBandung.com – Berita yang banyak disebut sebagai intoleransi kini sedang viral di mana seorang ASN Pemkot Bekasi bernama Masriwati melarang tetangganya yang beragama Kristen untuk beribadah di rumah karena tidak memiliki ijin.
Apakah ini sebuah intoleransi, ataukah hanya sekedar perbedaan persepsi?
Lalu apakah yang dimaksud dengan intoleransi?
Jika melihat kepada bagian studi sinonim kata intoleran dalam perbedaan keyakinan di www.dictionary.com, intoleran mengacu pada penolakan aktif untuk membiarkan orang lain memiliki atau mempraktikkan keyakinan yang berbeda dari keyakinannya: fanatik mengacu pada tindakan yang tidak masuk akal atau ekstrem dalam mempertahankan keyakinan dan praktik seseorang tanpa mengacu pada orang lain.
Baca Juga: Ono Surono Serukan Kebangkitan Toleransi di Jawa Barat
Seseorang bisa menjadi intoleran karena beberapa faktor seperti;
- Pendidikan dan lingkungan
Pengalaman di keluarga, sekolah dan lingkungan dapat membentuk pandangan seseorang. Jika seseorang tumbuh dalam lingkungan yang mengajarkan nilai-nilai intoleransi, maka nilai-nilai itu akan diadopsi dan ketika bertemu dengan perbedaan maka orang yang terpapar pandangan itu akan dengan sangat mudah terpicu untuk menjadi intoleran.
- Ketidakpahaman
Intoleransi dapat disebabkan oleh kurangnya pemahaman atas pengetahuan atau pemahaman tentang budaya, agama atau pandangan hidup orang lain yang berbeda, sehingga memunculkan ketakutan, rasa tidak percaya atau bahkan merasa terancam dengan keberadaan orang yang berbeda.
- Pengalaman negatif
Pengalaman buruk seseorang dapat membuat orang tersebut mengeneralisasi dan menganggap orang lain yang berbeda menjadi terlihat lebih buruk dan tidak memiliki hak yang lebih tinggi dari dirinya.
Baca Juga: Kondisi Toleransi Di Indonesia, Masih Perlu Ditingkatkan
- Ketidakamanan emosional
Orang yang merasa tidak aman secara emosional dan tidak memiliki pondasi yang kuat dalam keyakinan mereka sendiri, biasanya lebih rentan bersikap intoleransi, karena mereka merasa perlu bersikap aktif atau bahkan sampai agresif untuk mempertahankan pandangannya terhadap perbedaan yang ada.
- Mekanisme pertahanan diri
Seseorang yang memiliki posisi lebih tinggi akan memiliki mekanisme pertahanan diri yang kuat. Ketika ada perbedaan yang terlihat jelas, maka orang tersebut akan mempertahankan rasa aman dan identitas dirinya terhadap perbedaan tersebut yang dirasa mengancam status dan identitasnya.
- Kognisi terbatas
Seseorang yang memiliki cara berpikir yang kaku, cenderung akan melihat dunia seperti hitam-putih, sehingga sulit untuk menerima keyakinan yang berbeda.
- Stereotip dan prasangka
Stereotip terhadap kelompok tertentu yang berbeda yang telah terbentuk sejak dulu di masyarakat Indonesia, bisa memunculkan prasangka buruk dan membuat seseorang lebih mudah menjadi intoleran.
Artikel Terkait
Zulfan Lindan dan Silfester Matutina Soroti Keinginan Amien Rais Memakzulkan Jokowi
Irak Melakukan Perlawanan Terhadap Israel, Lancarkan Serangan Dahsyat
Ratusan Pendonor Ambil Bagian Pada Acara Bakti Sosial Donor Darah Dalam Rangka Menyambut Pujawali Pura Wira Satya Dharma
Terseret Kasus Bandung Smart City Kekayaan Ema Sumarna Turun Rp 366 Juta di 2023, Ini Rinciannya
Pembubaran Diskusi di Kemang, Kapolres Temukan Massa Penyusup Ini Penjelasannya!
Indonesia Bersama Palestina, Retno Marsudi Menuntut Tindakan Global