teknologi

Uji Coba Bom Hidrogen China di Laut Cina Selatan, Ancaman atau Sekadar Unjuk Gigi?

Kamis, 24 April 2025 | 07:06 WIB
Uji coba nuklir Cina (Tangkap layar youtube Asah Pola Pikir Pak Win)

Bisnisbandung.com - China baru-baru ini melakukan uji coba bom hidrogen non-nuklir di wilayah Laut Cina Selatan, memicu perhatian luas dari komunitas internasional.

Penggunaan magnesium hydride sebagai bahan utama menjadikan teknologi ini berbeda dari bom konvensional, sekaligus menegaskan perkembangan kekuatan militer Negeri Tirai Bambu.

Menurut pandangan Pak Win, atau Tjokro Wimantara konten kreator  edukasi, uji coba ini patut dipahami bukan semata dari sisi teknis, tetapi juga dari sisi pesan strategis.

Baca Juga: Indonesia Tak Akan Tunduk Buta pada Tekanan Impor AS, Luhut: Kita Paham Betul

“Nah, kita enggak tahu nih sebenarnya tujuan dia apa, karena setelah dia melakukan pengetesan, dia langsung masukin ke media,” ungkapnya dilansir Bisnis Bandung dari youtube Asah Pola Pikir, Kamis (24/4).

“Banyak sekali media yang langsung melakukan peliputan, gitu di YouTube ataupun di Google. Kalau kita cari, itu langsung muncul di mana-mana,” lanjutnya.

 Ia menilai bahwa publikasi cepat dan luas terkait uji coba ini merupakan sinyal kuat yang ditujukan ke dunia internasional, terutama Amerika Serikat, untuk menunjukkan kesiapan dan keunggulan militer China.

Baca Juga: Disinggung Soal Antisipasi soal Ekonomi Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan  Ungkap Peran DEN

Bom yang diuji memiliki karakteristik yang menonjol: suhu ledakan yang mampu mencapai 1.000 derajat Celsius dan durasi efek ledak yang jauh lebih lama dibandingkan TNT.

Keunggulan lainnya adalah kemampuan pengendalian intensitas dan jangkauan ledakan, membuatnya lebih fleksibel dibanding bom nuklir yang dampaknya cenderung tidak terkendali.

Pak Win juga mencatat bahwa tidak lama sebelum uji coba dilakukan, China telah meluncurkan fasilitas produksi magnesium hydride di Shaanxi.

Fasilitas tersebut mampu memproduksi hingga 150 ton bahan per tahun, jauh lebih besar dibanding jumlah yang digunakan dalam pengujian ini. Ia menilai bahwa ini merupakan indikasi seriusnya persiapan militer China dalam skala besar.

Meski demikian, menurut analisis Pak Win, secara keseluruhan kekuatan militer Amerika Serikat masih lebih unggul, baik dari sisi anggaran pertahanan, jumlah alutsista, maupun penyebaran pangkalan militer secara global.

Baca Juga: Jhon Sitorus: Sakti Wahyu Trenggono dan Budi Gunadi Terkonfirmasi Anak Buah dari Jokowi

Halaman:

Tags

Terkini