Menurut Farhan keberhasilan pembangunan trotoar ini hanya bisa diukur dari kepuasan para pengguna langsung bukan dari sekadar desain di atas kertas.
"Fungsi adalah yang paling penting. Kalau hanya bagus dilihat tapi tidak nyaman dipakai itu gagal," tegasnya.
Trotoar ini dirancang sebagai laboratorium desain ruang publik yang bisa direplikasi ke wilayah lain di Bandung.
Pemkot berharap konsep ini jadi awal dari kota yang benar-benar inklusif dan manusiawi.***