Bisnis Bandung - Pakar Ekonomi/Guru Besar ITL Trisakti Jakarta, Prof. Dr. Rully Indrawan mengemukakan, sudah sejak lama kecenderungan angka inflasi merangkak tinggi khususnya menjelang lebaran, tahun baru, atau tahun ajaran baru.
Tapi lebaran kali ini memiliki kecenderungan ancaman yang lebih besar bagi kenaikan inflasi yang bisa diartikan juga sebagai kenaikan harga-harga secara masif.
Selain faktor gejolak global yang sudah diantisipasi awal tahun ini, akibat tekanan eksternal seperti perang Rusia-Ukraina, perubahan iklim, dan dampak pandemi mempengaruhi terhadap daya tahan ekonomi banyak negara.
Baca Juga: Geliat Pemilu 2024, NasDem Kabupaten Bandung Perkuat Konsolidasi Kader Seluruh Daerah
Persoalan itu berimbas kepada persoalan transportasi dan logistik yang mempengaruhi pada naiknya harga-harga beberapa komoditi di dunia dimana akhirnya mendorong naiknya harga barang-barang yang menjadi beban masyarakat, walau skema subsidi sudah digulirkan.
Prof. Dr. Rully Indrawan mengatakan, keadaan tersebut dirasakan di berbagai negara di bulan Maret ini, misal, Amerika Serikat infasinya mencapai 8,5%, Inggris 6,5%, Eropa 7,5%, bahkan turki mencapai 61,14%.
Sementara pada waktu yang sama negara kita masih bisa bertahan di angka 2,6% saja.
Baca Juga: Banyak Minyak Goreng Curah di Gudang Agro Jabar. Mau? Tak Perlu Antre, Ini Cara Mendapatkannya
Secara internal, fenomena mudik lebaran tahun ini diduga akan mendorong sekitar 80 juta orang untuk kembali menjalankan ritual tahunannya yang dalam dua tahun terakhir ini mengalami penghentian akibat pembatasan penyebaran Covid 19.
Tentu mobilitas penduduk yang besar ini mempengaruhi perputaran dan kuantitas uang berjalan sangat cepat dan tinggi.
Konsumsi meningkat ini dari sisi produksi akan menggairahkan ekonomi kita yang sementara ini mengalami kelesuan yang luar biasa. Namun di sisi lain, mengancam semakin tingginya angka inflasi.
Baca Juga: Pihak Dishub Cimahi Beberkan Alasan Para Sopir Angkot di Cimahi Kembali Lakukan Aksi Protes Terhadap TMP
Angka inflasi selama sepuluh tahun terakhir ini berada pada titik yang cukup baik yakni sekitar 2-3% diduga pada kuartal kedua akan melonjak di atas 5%.
Dan keadaan ini tentu berimbas pada tekanan yang lebih kuat di kuartal berikutnya. Walau angka 5% itu bukan apa-apa dibanding dengan masa orde baru yang selalu menjaga untuk tidak lebih dari dua digit saja, papar Prof. Dr. Rully Indrawan
Kenaikan harga barang-barang yang berkaitan dengan kebutuhan lebaran sudah mulai dirasakan misalnya pada harga daging sapi dan ayam, gula pasir, serta minyak goreng, LPG dan BBM yang belakangan ini beritanya mulai memanas.
Baca Juga: Ngabuburit Di Jalur Rel Kereta Api, Hati- Hati bisa kena Pidana?
Ada bahayanya tekanan inflasi ini terhadap perekonomian nasional, khususnya kepada masyarakat yang saat ini mulai mau menata diri untuk melakukan pemulihan ekonominya.
Meningkatkanya Inflasi akan berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat akibat harga-harga meningkat dan ujung-ujungnya menghambat pertumbuhan ekonomi, yang berati menghambat pula kesempatan kerja.
Pemerintah dengan kemampuan yang semakin terbatas karena keuangan negara sudah lama tergerus oleh penanganan pandemi, mencoba memberi keyakinan kepada masyarakat melalui berbagai kebijakan.
Misalnya pemberian subsidi, pencairan tunjangan-tunjangan bagi PNS, serta penataan sistem distribusi.
Baca Juga: Big Data Luhut, Pemantik Kehebohan Tidak Mungkin Sekali Pratama: Pemakai Twitter Hanya 15 Juta
Tetapi upaya pemerintah tidaklah cukup, harus diimbangi juga oleh sikap positif masyarakat, terutama menjelang lebaran tahun tidak melakukan konsumsi berlebih (panic buying) yang mendorong inflasi semakin tinggi.
Selanjutnya, tidak terpancing informasi-informasi yang menyesatkan sebagai akibat dari mulai memanasnya suhu politik menjelang 2024.
Stabilitas ekonomi membutuhkan stabilitas social, maka riak-riak yang menciptakan polarisasi akan berdampak banyak pada situasi inflasi yang semakin parah.
Baca Juga: Perusahaan Tidak Bayar THR, Laporkan!
Dan akhirnya, jadikan momentum lebaran tahun ini untuk mensyukuri nikmat hidup yang masih diberikan ditengah terpaan badai pandemic waktu lalu yang sangat keras.
Mensyukuri melalui cara mempertinggi jiwa social dengan bersedia membantu anggota masyarakat lain yang lebih susah hidupnya di banding kita.
Kemiskinan belakangan ini akan semakin meningkat jumlah maupun kualitasnya, bila kita abai ini bisa menjai sumber petaka bagi kehidupan kita di masa depan, pungkasnya. ***
Artikel Terkait
Wilujeng Sumping, Welcome Bem Vindos Ciro Alves
Jelang Keberangkatan Timnas U-23 ke Korea Selatan, Ketum PSSI Ingatkan Target di SEA Games
Persiapan Pemusatan Latihan di Korea Selatan, Timnas U-23 Jalani Tes Kesehatan Terlebih Dahulu
Berencana Ikuti Trend Hijrah ?? Ini Pendapat Habib Husein Jafar
Kepedulian Bulan Ramadhan, PDI Perjuangan Jabar Bagikan Ratusan Takjil Setiap Hari