Oleh : Ummu Fahhala
(Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi)
Bisnisbandung.com - Pagi itu, di sebuah desa kecil di pinggiran Bandung, Ibu Rani duduk di beranda rumahnya. Di pangkuannya, seorang bayi mungil tertidur lelap. Matanya menatap jauh ke arah jalan setapak yang biasa dilalui bidan desa. Hatinya penuh harap, semoga anaknya tumbuh sehat, tidak seperti tetangganya yang anaknya harus dirawat karena stunting.
Ibu Rani masih ingat, beberapa bulan lalu ia hampir putus asa. Biaya periksa kandungan di klinik swasta sangat mahal. Jarak ke puskesmas pun lumayan jauh, belum lagi antrean panjang yang melelahkan. Bagaimana bisa ia menjaga kehamilannya dengan baik jika akses layanan kesehatan masih penuh kendala?
Namun kini harapan baru muncul. Pemerintah lewat Kementerian Kesehatan meluncurkan Program Pengampuan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Jawa Barat. Ibu Rani mendengar kabar itu dari bidan desa yang mampir ke rumahnya.
“Ada 12 puskesmas terpilih, Bu. Diperkuat jejaring rumah sakit juga. Bidan-bidan dan dokter-dokter kami dilatih khusus. Semua ibu hamil akan dapat layanan lebih baik,” jelas sang bidan.
Ibu Rani tersenyum lega. Setidaknya, ada ikhtiar serius agar ibu hamil sepertinya tak lagi merasa sendiri. Bahkan, pemerintah menargetkan angka stunting turun sampai empat persen, seperti yang disampaikan oleh Kepala BKKBN Jawa Barat.
Baca Juga: Seberapa Besar Inovasi Pengajaran Bahasa Inggris dalam menghadapi Globalisasi?
Harapan Besar di Tengah Kenyataan
Meski begitu, hati kecil Ibu Rani bertanya-tanya. Apakah program ini cukup menjawab semua persoalan? Mengapa masih banyak tetangganya yang kekurangan gizi? Mengapa ada bayi-bayi lahir dalam keadaan lemah, bahkan tak bertahan hidup?
Pak Dodi, guru SD di kampungnya, pernah bercerita di pengajian. Katanya, masalah kematian ibu dan anak serta stunting ini tak lepas dari kesenjangan ekonomi. Di desa mereka, banyak suami kehilangan pekerjaan atau pendapatan tak cukup. Akhirnya, gizi keluarga terbengkalai. Layanan kesehatan jadi barang mahal, bukan hak dasar.
“Inilah dampak dari sistem ekonomi sekarang,” ujar Pak Dodi. “Selama aturan hidup kita masih kapitalis, yang kaya makin kaya, yang miskin makin sulit hidup sehat. Bantuan pemerintah tetap penting, tapi akar masalahnya belum tercabut.”
Baca Juga: Saat Bumi Menangis di Tanah Pasundan
Ketika Islam Menjadi Solusi Hakiki
Ibu Rani teringat ceramah ustazah di pengajian ibu-ibu. Saat itu ustazah mengatakan bahwa Islam bukan hanya agama yang mengatur urusan pribadi. Islam juga mengatur negara agar memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya, yang meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan.
“Kalau negara menerapkan sistem Islam,” kata ustazah, “maka Baitul Mal akan menanggung biaya kesehatan ibu dan anak. Negara wajib menjamin gizi ibu hamil dan menyusui. Para suami pun akan mendapat lapangan kerja luas sehingga bisa memberi nafkah layak bagi keluarganya.”