Percakapan tentang Setetes Kehidupan

photo author
- Sabtu, 1 November 2025 | 18:00 WIB
Ilustrasi air kehidupan (pexels/Pixabay)
Ilustrasi air kehidupan (pexels/Pixabay)

Anak-anak di sekitar mereka tertawa sambil bermain air.
“Tapi kan air banyak, Pak!” teriak salah satu siswa yang lain.
Pak Hasan tersenyum. “Kelihatannya banyak. Tapi coba kamu hitung, berapa sumur di desa kita yang mulai kering? Alam tidak akan terus memberi kalau manusia tak pandai menjaga.”

Rani menatap air yang mengalir perlahan di parit kecil itu. “Berarti menjaga air itu sama dengan menjaga kehidupan, ya, Pak?”
Pak Hasan mengangguk. “Iya. Karena dari air, semua yang hidup bisa tumbuh.”

Pelajaran dari Setetes Air

Air bukan sekadar cairan bening yang mengalir dari keran. Ia membawa cerita tentang keseimbangan, tentang tanggung jawab, dan tentang kebersamaan manusia dengan alam.

Kita tidak bisa melarang industri berkembang, justru harus didukung, asal berjalan dengan prinsip berkelanjutan. Pemerintah pun terus berupaya menjaga sumber air lewat regulasi dan pengawasan. Namun, masyarakat juga punya peran besar, yaitu menggunakan air dengan bijak, menanam pohon, dan tidak mencemari sumbernya.

Seperti kata Pak Hasan sebelum pulang sore itu,
“Kita tidak bisa hidup tanpa air, tapi air bisa hidup tanpa kita. Jadi, siapa yang seharusnya lebih bijak?”

Penutup

Dari percakapan sederhana antara guru dan murid, kita belajar bahwa air bukan sekadar kebutuhan, tetapi amanah. Setiap tetesnya mengandung tanggung jawab, bagi pemerintah yang mengatur, bagi perusahaan yang memanfaatkan, dan bagi masyarakat yang menikmati.

Karena sejatinya, air adalah sumber kehidupan, bukan sumber keuntungan. Dan menjaga air, berarti menjaga masa depan.***

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Butiran Air Mata di Karung Beras

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Alit Suwirya

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

SMK Go Global dan Arah Pendidikan Kita

Senin, 8 Desember 2025 | 19:00 WIB

Ketika Budaya Masuk, Keyakinan Tersentuh

Senin, 1 Desember 2025 | 11:00 WIB

Kisah Desa Wisata yang Mencari Jalan Pulang

Senin, 1 Desember 2025 | 10:01 WIB

Judol, Ketika Kebebasan Berubah Menjadi Jerat

Jumat, 21 November 2025 | 14:20 WIB

Di Antara Idealisme dan Royalti

Rabu, 12 November 2025 | 06:00 WIB

Percakapan tentang Setetes Kehidupan

Sabtu, 1 November 2025 | 18:00 WIB

Jabat Tangan di Bawah Langit Islam

Senin, 13 Oktober 2025 | 20:35 WIB

Bandung di Persimpangan

Minggu, 5 Oktober 2025 | 20:00 WIB

Mimpi di Balik Gerobak

Rabu, 24 September 2025 | 09:45 WIB

Generasi Patah Sayap, Mimpi yang Terkubur

Senin, 15 September 2025 | 21:30 WIB

Saat Gizi yang Dijanjikan Membawa Nestapa

Jumat, 5 September 2025 | 12:30 WIB

Butiran Air Mata di Karung Beras

Jumat, 18 Juli 2025 | 17:00 WIB

Pak, Tahun Depan Aku Masih Bisa Ngajar, Nggak?

Selasa, 15 Juli 2025 | 10:30 WIB

Sungai Itu Masih Ingat Namamu

Sabtu, 12 Juli 2025 | 11:30 WIB

Sebuah Suara dari Desa untuk Negeri

Selasa, 1 Juli 2025 | 21:00 WIB

Cara Mendengar Suara Tuhan, Secara Mudah

Minggu, 29 Juni 2025 | 19:30 WIB
X