Baca Juga: Rasanya Gurih, Renyah dan Berkualitas, Paksin Opak Singkong Ini Cocok Jadi Cemilan Sehari - Hari
Tempe yang digunakan terbuat dari tempe gambus yaitu tempe yang dibuat dari ampas tahu, masyarakat Solo menyebut sate ini dengan nama sate Kere.
Di zaman dahulu, sate menjadi salah satu makanan termewah yang hanya bisa disantap oleh kalangan menengah ke atas. Istilah kere yang berarti gelandangan merupakan salah satu pencitraan terhadap kalangan bawah yang terlalu sayang untuk membeli setusuk sate.
Atas alasan inilah para kalangan bawah melakukan intervensi, mereka membuat bentuk lain sate dengan bahan dasar tempe gambus.
Cara inilah yang menjadi daya tarik bagi kalangan bawah untuk menikmati sate yang kemudian melahirkan sate kere (satenya orang miskin).
Selain itu, sate ini merupakan perwujudan perlawanan dari kalangan bawah kepada kalangan bangsawan dalam budaya feodal yang zaman dahulu masih sangat kental dirasakan oleh masyarakat jawa.(Wikipedia) Sejatinya, ‘sate kere’ merupakan potret budaya tanding (counter-culture).
Ia mengacu pada gaya hidup yang menyimpang dari praktik sosial yang telah mapan. Secara sosiologis budaya tanding mencerminkan konflik perkara gaya hidup kelas.
Dihayati secara mendalam, pengertian budaya tanding dalam konteks kuliner rupanya dapat memunculkan sifat kompetisi yang sehat dan kreatif. Pihak wong cilik yang merasa kalah dalam urusan makan, tidak lantas frustasi dan ngamuk, namun membalasnya dengan menciptakan kreasi baru.
Baca Juga: Menyelami Penyebaran Islam di Wilayah Pamijahan
Meski dengan bahan berbeda, tapi namanya tetap sama yaitu sate. Sate kere berbahan dasar dari ampas sisa pembuatan tempe yang direndam dalam bumbu bacem kemudian dibakar di atas bara api.
Biasanya sate kere disajikan dengan lontong atau nasi dan diguyur dengan bumbu kacang khas sate kere.
Presiden Jokowi diketahui menyukai sate kere, dikota Solo ada sebuah warung sate kere langganannya. Warung sate kere ini berlokasi dijalan Arifin 63 Jebres Solo.
Pemilik warung sate kere ini adalah Tugiyem, warga kelurahan Setabelan, Banjarsari, Solo. Kini usahanya dilanjutkan anak keduanya Suheni, meski tempat jualannya berupa gerobak di pinggiran bangunan, namun rasa sate kerenya sangat lezat.
Terbukti presiden Jokowi kerap menyantapnya bila berkunjung ke Solo.***
Artikel Terkait
Masjid Indonesia di Kota Los Angeles, Masjid At-Thohir
Pesona Tempat Wisata Baru di Batu Karas, Ada Hutan Mangrove Seluas 5 Hektar
Legenda Sayembara Empat Putri Cantik di Makam Keramat Marongge
Rasanya Gurih, Renyah dan Berkualitas, Paksin Opak Singkong Ini Cocok Jadi Cemilan Sehari - Hari
Ajiiib Pedasnya, Sambal Srikandi Dikemas Hygienis, Cita Rasanya Menambah Nafsu Makan