Bisnis Bandung --- "Aku mah bukan Budayawan Sunda, tapi "Buaya wan"", demikian celoteh Man Jasad membuka obrolannya dengan Buluk Superglad, dalam akun youtube "catatan sibuluk" yang berjudul 'Man Jasad Samlurasun", yang tayang pada tanggal 25 Maret 2022.
Menurut Man Jasad, predikat sebagai Budayawan Sunda itu penilaian orang lain. Dirinya mengaku tidak pernah mendeklarasikan diri sebagai budayawan Sunda. Man Jasad mengaku dirinya hanya "Buaya Wan".
Dikatakannya ketika kita menggali nilai-nilai yang ada diwilayah kita, sebenarnya sama, mau ngomongin Batak, Sunda, Bugis atau lainnya, ternyata ada kesamaan walaupun beda redaksionalnya.
Intinya adalah bagaimana kita bersikap terhadap Tuhannya, alamnya dan terhadap sesama.
Man Jasad mengaku awal tertarik mempelajari Sunda awal tahun 2000 silam. Ide awal ketika melihat dan ingin menjadi seperti sejumlah musisi beraliran metal. "kalau kita ingin kaya mereka, hanya menjadi follower, bukan diri sendiri. Saat itulah mulai mempelajari dan mendalami Sunda".
Awalnya gali-gali, yang pertama diterapin yakni menggunakan produk kebudayaanya, seperti pakai baju pangsi dipanggung, nyetel kendang penca, kemudian membaca naskah naskah nusantara.
Menurut Man Jasad, bangsa kita sangat beradab pada masa lalu, tapi pada faktanya hari ini kita memasuki peradaban yang tidak beradab.
Era sosial media hari ini, siapapun bisa berbicara, siapapun bisa menjadi media tanpa ada proses saring terlebih dahulu.
"Kecintaan/Filosofis Merah Putih"
Man Jasad menegaskan, Merah Putih itu bukan sekedar kain yang dijahit oleh Fatmawati, leluhur kita sudah menggunakan dua warna tersebut yakni Merah-Putih itu "Getah' dan "Getih"
"Getah-Getih" itu kehidupan, dan kehidupan harus kita bela bersama, simbol kehidupan, bukan hanya Merah berani, Putih suci.
"Menggeluti Karinding"
Menurut pengakuan Man Jasad, menggeluti Karinding pun terinspirasi dari musik Metal. Dan musik metal itu baginya seperti gerbang untuk kembali ketanah kebangsaan.
Salah satu momen bersejarahnya yakni disalah satu pagelaran musik tahun 2006. Diacara tersebut tidak hanya band beraliran metal yang ditampilkan, tetapi ada kesenian dan produk kebudayaan, kesenian tradisi.
Alhasil terkuak, bahwa instrumen dari bambu bukan hanya Calung dan Angklung, ternyata ada Karinding ada Celempung.
Dan ditahun 2009 yang menarik itu ada orangtua di Tibet bawakan lagu Band Linkinpark. Kemudian lahir ide liar bahwa Karinding pun harus jadi alat musik yang asyik, kemudian hajar.
Karena oada dasarnya personil bermusik metal bukan tradisi, maka akhirnya Karinding Attack mengusung "play something new with something old"
Dan Karinding ada filosofisnya. Ada 3 makna/nilai filosofis untuk mengarungi kehidupan ini, yakni yakin, sabar dan sadar .
Bergaya dengan pangsi, Kini Identik Dengan ASN.
Kemudiian pada tahun 2009, Man Jasad mulai menggunakan pangsi. Man Jasad mengaku menggunakan pangsi intinya buat diri sendiri, kasih contoh bukan hanya teori tapi fakta, karena tanpa aplikasi maka percuma, dan mudah mudahan menginspirasi.
Awal menggunakan pangsi, Man Jasad mengaku banyak dicemooh. Jalan-jalan kemall diidentikan dengan dukun.
Sekarang terbailik ada kebijakan dari pengelola negara walaupun hanya produknya saja, tapi tidak isinya, seperti Rebo Nyunda, Kamis Nyunda. Pakai Kampret/pangsi saat ini identik dengan PNS
Menurut Man Jasad, yang terpenting itu bukan pakainnya tetap kelakuannya, nyunda itu ramah, sayang terhadap sesama terhadap alamnya, dan bagaimana bersikap pada Tuhannya.
Cegah Pembajakan, Logo Jasad Terdaftar Di HAKI
Man Jasad mengklaim, logo Jasad saat ini sudah terdaftar di HAKI. Alasan mendaftarkan ke HAKI salah satunya untuk menghindari pembajakan atau masalah kreatifitas berkaitan dengan Jasad dikemudian hari.
Menurut Man Jasad, pembajakan di Indonesia jika dianalogikan seperti Kangker stadium 5. Dan sebenarnya banyak teman-teman yang telah meng HAKi kan logo bandnya, tapi mereka diam tidak ada aksinya
HAKI itu prinsipya meluruskan yang bengkok, meluruskan hak hak seniman.
Man Jasad mengaku,dirinya saat ini sedang mempunyai tugas memperbaiki sistem pembajakan. Sejak tahun 2009 Man Jasad mengaku telah turun kelapangan bukan sekarang-sekarang ini, sekarang kita kerjasama dengan aparat penegak hukum untuk penindakan.
Man Jasad berharap Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa bahwa bajakan itu haram, ilegal, dan mendownload itu haram. Kalau tidak, MMI (Majelis Metal Indonesia) yang bakal mengeluakan fatwa haram.
Jasad Bersiap Tour Amerika Latin
Kecintaan Man Jasad terhadap Sunda pun diaplikasikan kedalam penulisan lagu/lirik. Ia pun telah menulis lirik bahasa Sunda, untuk dimasukan kedalam lagu atau album Jasad.
Selain itu, Man Jasad selalu membuka aksi panggungnya dengan mengucapkan "Sampurasun". Makna sampurasun menurutnya adalah doa buat semesta.
Man Jasad pun saat ini identik dengan ikat kepala. Ia mengaku pernah dengar ocehan/cemooh/ejekan waktu pertama kali mengunakan ikat kepala, tetapi tetap menggunakan karena ikat kepala mengandung makna filosofis.
Band Jasad saat ini sedang menggarap album baru dan persiapan tour Amerika Latin, setelah sebelumnya merampungkan tour Eropa
Karrinding Attack atau Jasad?
Man Jasad menerangkan ada perbedaan antara Karrinding Attack dengan Jasad. Bedanya Karinding Attack, playing something new with something old, casingnya musiknya tradisi tapi maennya kekinian.
Jasad musiknya modern, tapi dalam tembang, isi nilai/value yang ada ditanah kita
Jasad targetnya festival besar/kakap, sedangkan Karinding Attack, titik-titik atau simbol simbol kebudayaan.***
Artikel Terkait
Dengerin Musik, Bisa Turunin Berat Badan?
TIGA MUSISI GIMBAL YANG TERANCAM MENGGELORA TERSERET DI DCDC PENGADILAN MUSIK SECARA VIRTUAL
Melly Mono Terciduk Akibat “Berhenti Kamu” di DCDC Pengadilan Musik Virtual
AKIBAT ALBUM YANG TAK KOPLO AKHIRNYA FEEL KOPLO TERSERET DI DCDC PENGADILAN MUSIK
AKIBAT RILIS 11 TAHUN LALU, KOIL DISERET KE DCDC PENGADILAN MUSIK VIRTUAL