Fenomena ini berbahaya karena bisa memicu kemiskinan terselubung.
Pekerja terlihat punya gaji besar di slip penghasilan. Padahal, mereka makin sulit menabung atau membeli aset. Akhirnya hidup “pas-pasan di kota megapolitan.”
Jika kondisi ini berlanjut, jurang antara si kaya dan si miskin makin melebar.
Sebab, hanya mereka yang punya aset (emas, properti, saham) yang menikmati kenaikan nilai kekayaan, sementara pekerja biasa tertinggal.
- Solusi: Biar Nggak Cuma “Kaya di Angka”
Lalu, apa yang harus dilakukan supaya nggak terjebak ilusi angka?
1. Sisihkan Tabungan dalam Bentuk Aset Riil
Jangan simpan semua uang dalam rupiah. Sisihkan sedikit penghasilan untuk beli emas batangan, logam mulia, atau investasi lain yang tahan inflasi.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Usut Tuntas Kasus Diskriminasi Rekrutmen di PT FCC Karawang
Meski cuma setengah gram per bulan, lebih baik daripada nol.
2. Hindari Pinjol Kecuali Sangat Mendesak
Pinjol sebaiknya hanya jalan terakhir. Jangan berutang untuk keperluan konsumtif seperti belanja, gaya hidup, atau bahkan judi.
3. Jauhi Judi Online
Tak ada jalan cepat menjadi kaya. Judi hanya menguntungkan bandar. Sekali menang, berkali-kali kalah.
Artikel Terkait
Kriminolog UGM Ungkap Celah Keterlibatan Pihak Lain dalam Kematian Arya Daru
Mewanti-Wanti Kebocoran, UU Perlindungan Data Pribadi Sudah Berlaku Tapi Pengawasan Masih Nihil
DIRGAHAYU ATVLI KE-23: Membangun Sinergi dan Kreativitas Bersama Stasiun TV Lokal
Sektor Properti Tertekan, Pengusaha Optimis Lihat Peluang Lewat Data dan Tren Masa Depan
Harga Tanah dan Biaya Konstruksi Naik, Kelas Menengah Kian Sulit Miliki Rumah
Vonis Ringan Hasto Kristiyanto Dinilai Mengejutkan, Adi Prayitno Bandingkan dengan Tom Lembong