bisnisbandung.com -Industri otomotif nasional tengah menghadapi tekanan berat seiring lesunya penjualan kendaraan bermotor roda empat.
Menurut pengamatan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), tren penurunan ini bukan hanya disebabkan oleh kondisi global yang tidak menentu, tetapi juga oleh sejumlah faktor domestik, terutama tingginya beban pajak yang dikenakan kepada konsumen.
“Dan dalam kondisi yang seperti ini, mobil di Indonesia ini pajaknya luar biasa,” ujar Kukuh Kumara dilansir dari youtube Metro TV.
Sekretaris Jenderal GAIKINDO, Kukuh Kumara, mengungkapkan bahwa selama lebih dari satu dekade terakhir, volume penjualan mobil di Indonesia stagnan di angka satu juta unit per tahun.
Namun dalam dua tahun terakhir, angka tersebut justru mengalami penurunan signifikan, bahkan hanya mencapai sekitar 865 ribu unit pada tahun lalu.
Lesunya pasar berlanjut hingga pertengahan 2025. Setelah periode Lebaran yang biasanya menjadi momentum peningkatan penjualan, tidak terlihat adanya lonjakan signifikan.
Penjualan pada Juni 2025 pun tercatat turun di bawah 60 ribu unit, memperkuat kekhawatiran akan lambatnya pemulihan industri hingga akhir tahun.
GAIKINDO menilai bahwa pelemahan daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah, turut menjadi faktor krusial dalam penurunan ini.
Baca Juga: Tak Ditemukan Tanda Kekerasan, Temuan Jasad di Kali Ciliwung Diduga ASN Kemendagri
Diperkirakan ada sekitar 10 hingga 11 juta penduduk kelas menengah yang menjadi target pasar otomotif.
Namun, pertumbuhan pendapatan mereka tidak seimbang dengan kenaikan harga mobil. Pendapatan hanya tumbuh sekitar 3% per tahun, sementara harga mobil naik rata-rata 7,5% setiap tahunnya.
Selain itu, tingginya komponen pajak dalam harga jual mobil juga menjadi sorotan utama.
Baca Juga: Wakil Presiden di Papua, Pengamat: Bukan Tugas Baru tapi Beban Berat untuk Gibran
Sebuah mobil dengan harga pabrik sekitar Rp300 juta dapat dijual ke konsumen akhir dengan harga sekitar Rp450 juta, karena akumulasi berbagai jenis pajak seperti PPN, PPNBM, PPNKB, hingga biaya tambahan lain yang diperkenalkan dalam beberapa tahun terakhir.
Artikel Terkait
Pelajaran Bisnis dari Timothy Ronald: Hidup Itu Seperti di Drama ‘Squid Game’
Buat Yang Mau Mau Aja, Ini Dia Bisnis Yang Mudah Anda Jalankan!
Dampak Efisiensi Bisnis Hotel di Ujung Tanduk, Dari Bintang Lima hingga Non-Bintang Terimbas
PHK Massal PT Yihong Dinilai Strategi Lepas Tanggung Jawab, Konsultan Bisnis Soroti Motif Tersembunyi
Peluang Bisnis Dari Rumah Yang Tetap Menguntungkan
Cara Menentukan Niche Market Dalam Bisnis Anda, Untuk Memenangkan Persaingan Bisnis