Sementara itu, ancaman tambahan tarif 10% bagi negara anggota BRICS membuat tekanan terhadap Indonesia semakin besar, dengan potensi total beban tarif mencapai 42%.
Prof. Hikmahanto mendorong agar Indonesia tidak bersikap lunak, melainkan tegas dalam menjaga kedaulatan kebijakan dalam negeri.
Ia mengusulkan agar Indonesia tidak lagi melanjutkan negosiasi bilateral yang tidak memberikan hasil, dan sebaliknya memperkuat solidaritas dengan negara-negara lain yang juga terkena kebijakan tarif serupa.
Menurutnya, pendekatan kolektif bersama negara-negara ASEAN akan lebih efektif dalam memberi tekanan balik terhadap kebijakan proteksionis Trump.
“Artinya, kalau misalnya kita kompak, negara-negara ini menghadapi apa yang dilakukan oleh Trump, justru yang dirugikan adalah Amerika Serikat karena konsumen Amerika harus membayar lebih mahal dari yang ada,” lugasnya.***
Baca Juga: Spekulasi Kriminolog UI terkait Meninggalnya Diplomat Kemenlu di Kostan
Artikel Terkait
Negosiasi Tarif dengan AS Belum Final, Pemerintah Fokus pada Daya Saing dan Perlindungan Pekerja
Tarif Impor Tekstil Indonesia Naik Jadi 47 Persen, Efektivitas Negosiasi Pemerintah Dipertanyakan
Sri Mulyani Ungkap Negosiasi Tarif Trump: Indonesia Tak Mau Kena Dampak Langsung!
Strategi Baru! Indonesia Siapkan 3 Satgas untuk Percepat Deal dengan Kebijakan Tarif Donald Trump
Donald Trump Tekan Indonesia, eks Diplomat Senior: Kita Ditodong Dua Kali oleh AS
Beda Nasib Vietnam dan Indonesia setelah Negosiasi dengan AS, Apa Penyebabnya?