Ujung Konflik Perang Dagang, Amerika Terbakar Api Sendiri? Sorotan Pengamat Bisnis

photo author
- Minggu, 11 Mei 2025 | 08:00 WIB
Donald Trump, Presiden Amerika Serikat (Tangkap layar youtube Tom MC Ifle)
Donald Trump, Presiden Amerika Serikat (Tangkap layar youtube Tom MC Ifle)

bisnisbandung.com - Pengamat bisnis Tom MC Ifle menyoroti kebijakan tarif dagang Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump.

Menurutnya, kebijakan tarif tinggi terhadap negara mitra dagang justru berpotensi merugikan AS sendiri dalam jangka panjang.

Tom MC Ifle menjelaskan bahwa salah satu alasan utama Trump memberlakukan tarif impor tinggi adalah untuk mengatasi defisit perdagangan yang terus membesar.

Di tahun terakhir, defisit dagang AS mencapai lebih dari 1,2 triliun dolar akibat impor yang tumbuh lebih pesat dibanding ekspor.

Baca Juga: Jokowi Masih Ingin Jadi Pusat Perhatian? Rudi S Kamri Angkat Bicara

 Hal ini mendorong Trump menerapkan tarif resiprokal terhadap lebih dari 60 negara, dengan fokus utama pada China, yang dinilai mengenakan tarif tinggi pada produk-produk ekspor AS.

Namun, Tom menilai langkah ini justru memunculkan berbagai konsekuensi negatif. Ia mencermati bahwa tarif tinggi tersebut menyebabkan negara-negara mitra dagang merespons dengan kebijakan serupa, menciptakan siklus saling balas yang merugikan semua pihak.

“Amerika terbakar api sendiri. Kenapa? Tahu enggak kalau brand-brand besar milik Amerika rata-rata diproduksi di Asia? Apparel seperti Nike, smartphone Apple hingga Nvidia, pabriknya itu di Cina, Vietnam, dan Indonesia,” ucapnya dilansir dari youtube pribadinya.

Baca Juga: Indonesia Memang Butuh, Uji Coba Vaksin TBC dari Bill Gates Bukan Jadi ‘Kelinci Percobaan’  

“Kalau tetap dikasih pajak tinggi, masyarakat Amerika beli produk sendiri dua kali lebih mahal. Emang konsumen pada mau? Emang brand-brand pada enggak teriak?” terusnya.

Ia juga menyoroti kenaikan drastis tarif terhadap China, yang dalam beberapa kasus mencapai lebih dari 200%, sebagai tindakan yang berlebihan dan berisiko memicu krisis rantai pasok global.

Tom MC Ifle juga menggarisbawahi bahwa banyak perusahaan Amerika sebenarnya sangat bergantung pada manufaktur di Asia, termasuk China.

 Produk dari brand besar seperti Apple, Nike, dan Nvidia diproduksi di wilayah tersebut. Kebijakan tarif tinggi menyebabkan biaya produksi meningkat, yang pada akhirnya dibebankan kepada konsumen Amerika.

Baca Juga: The Conjuring: Last Rites, Perpisahan Mencekam Dari Kisah Paranormal Paling Fenomenal!

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Alit Suwirya

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X