Bisnisbandung.com – Ribuan tahun sebelum internet dan perpustakaan digital, dunia pernah memiliki satu pusat ilmu terbesar di muka bumi: Perpustakaan Alexandria,
tempat para jenius dari seluruh dunia berkumpul dan menulis sejarah.
Namun perpustakaan ini bukan hanya gudang buku ia adalah monumen ambisi peradaban, simbol kekuasaan pengetahuan, dan... misteri kehancuran yang tak pernah tuntas dijawab.
Didirikan pada awal abad ke-3 SM oleh Raja Ptolemy I Soter, perpustakaan ini dibangun atas mimpi besar: mengumpulkan seluruh ilmu pengetahuan umat manusia dalam satu tempat.
Dari Yunani, Mesir, India, Persia, hingga Mesopotamia, naskah naskah kuno diterjemahkan dan dikatalogisasi oleh para ilmuwan terbaik dunia.
Baca Juga: Bendera Bajak Laut One Piece Jadi Simbol Perlawanan, Merah Putih Sepi! Apakah Rakyat Masih Merdeka?
Bayangkan ini: lebih dari 400.000 gulungan papirus tersimpan rapi menjadikannya pusat riset, pendidikan, dan diplomasi budaya paling ambisius dalam sejarah umat manusia.
Hingga kini, tak ada satu versi tunggal soal kehancurannya.
- Versi Julius Caesar (48 SM): Saat bertempur melawan pasukan Mesir, Caesar membakar kapal-kapal di pelabuhan Alexandria.
Api menjalar ke kota dan diyakini ikut membakar bagian besar perpustakaan.
- Versi Kristen-Ortodoks (391 M): Uskup Theophilus memimpin penghancuran kuil Serapeum yang juga menjadi tempat penyimpanan naskah.
Baca Juga: Sidak ke Warung Sekitar Sekolah, Dedi Mulyadi Temukan Banyak Pelajar Merokok
Ini diyakini sebagai aksi ‘pembersihan paganisme’ di bawah kekaisaran Romawi Kristen.
- Versi Muslim (640 M): Sebagian riwayat menyebut penaklukan Muslim atas Mesir di bawah Amr ibn al As juga berkontribusi pada penghancuran akhir.