Namun, seiring berjalannya waktu, negara ini bertransformasi menjadi pusat kegiatan narkoba yang lebih mandiri.
Geng lokal yang kejam mulai tumbuh dan tidak lagi membutuhkan kontrol dari kartel narkoba besar seperti dari Meksiko atau Kolombia.
Sebaliknya, kartel-kartel ini telah menjadi mitra atau bahkan klien dari bisnis haram lokal yang menggiurkan.
Baca Juga: Istana Sebagai Alat Oligarki, Refly Harun: Jokowi Tidak Mungkin Digunakan Lagi Ketika Tak Berkuasa
Di tengah kehidupan sehari-hari, tragedi menghampiri keluarga di San Jose. Samuel Arroyo, seorang bocah berusia 8 tahun, menjadi korban peluru nyasar dari AK47 yang merenggut nyawanya.
Selain itu, seorang remaja bernama Arroyo, putra dari seorang perwira polisi, juga tewas di distrik yang sama.
Laporan tentang serangan di Costa Rica meningkat hampir 20%, menandakan bahwa hampir setiap jam ada serangan baru.
Perampokan, pembajakan mobil, dan pencurian kontainer pengiriman meningkat masing-masing sebesar 30% dan 14%.
Penghilangan nyawa meningkat sekitar 12%, menunjukkan bahwa rata-rata satu nyawa hilang setiap 13 jam.
Dua pertiga dari penghilangan nyawa ini berkaitan dengan kejahatan terorganisir, dan sebagian besar korban meninggal karena ditembak.
Korban yang tidak bersalah juga meningkat drastis dari 7 orang pada tahun 2021 menjadi 18 orang pada tahun 2022, menunjukkan peningkatan sebesar 128%.
Di tengah kegelapan, masih ada secercah harapan dari lapangan sepak bola. Tim nasional Costa Rica berpartisipasi dalam Copa America 2024, menghadapi raksasa Brasil pada 25 Juni 2024.
Pertandingan ini tidak hanya menjadi ujian bagi kemampuan atletik mereka tetapi juga simbol perjuangan negara melawan bayang-bayang yang mengancam semangatnya.***
Baca Juga: Panda Nababan Bongkar Donatur Utama Prabowo, Siapa Dia?