bisnisbandung.com - Persaingan global antara China dan Amerika Serikat kini tidak hanya soal kekuatan ekonomi dan militer, tetapi juga teknologi.
Raymond Chin menyinggung soal peran kedua negara adidaaya tersebut dan mana yang jauh lebih dibutuhkan.
“Dari dulu, kekuatan sebuah negara selalu dinilai dari segi ekonomi. Kalau punya banyak duit, bisa punya banyak kapal, banyak senjata, yang ujung-ujungnya bisa strong-arm negara lain,” ungkapnya dilansir Bisnis Bandung dari youtube Raymond Chin.
Baca Juga: Jokowi Bakal Dihantui IKN, Rocky Gerung: Proyek Besar yang Terancam Mangkrak!
“Sekarang kalian lihat trennya. Walaupun Amerika tetap menang secara hardware, China mulai menang secara software. Pertanyaannya, lebih berharga mana?” terusnya.
Amerika tetap unggul dalam pengembangan hardware, sementara China mulai mendominasi dalam sektor software. Kondisi ini memunculkan pertanyaan besar: mana yang lebih berharga?
Secara historis, kekuatan suatu negara selalu diukur dari ekonominya. Negara dengan anggaran besar mampu membangun infrastruktur militer yang kuat, seperti kapal perang dan persenjataan canggih.
Baca Juga: DPR Jadi Super Berkuasa,Hersubeno: Kini Bisa Evaluasi dan Copot Pimpinan Lembaga Negara
Namun, tren global mulai berubah. Meski Amerika masih memimpin dalam produksi chip, prosesor, dan perangkat keras lainnya, China berhasil memanfaatkan teknologi software untuk menguasai data dan jaringan informasi.
Raksasa teknologi China seperti Alibaba, ByteDance, dan TikTok menjadi bukti bagaimana negara tersebut beradaptasi dalam persaingan digital.
Dengan keterbatasan akses terhadap hardware akibat embargo, China justru semakin kreatif dalam membangun solusi berbasis software.
Perusahaan-perusahaan ini mampu mengumpulkan, mengolah, dan memanfaatkan data dalam skala besar, menjadikannya aset strategis dalam pertempuran teknologi global.
Persaingan ini bukan lagi perang konvensional dengan senjata dan kapal perang, tetapi perang di dunia maya dan infrastruktur digital.
Baca Juga: Adi Prayitno: Prabowo Ultimatum Tak Akan Segan Copot Menteri yang Bandel
Artikel Terkait
Ekonomi China Melambat, Rhenald Kasali: Indonesia Waspadai Dampaknya
Kontroversi Joint Development Indonesia-China, Prof Hikmahanto Angkat Bicara
Strategi Indonesia Hadapi Serangan Ekonomi China, Rhenald Kasali Angkat Bicara
Kontroversi Pernyataan Prabowo Soal Pengampunan Koruptor, Prof Ikrar: Harusnya Belajar dari China
GAWAT! Said Didu Menduga Proyek PIK-2 Upaya China Kuasai Indonesia
China Luncurkan DeepSeek Melampaui ChatGPT, Teknologi AI yang Mengguncang Pasar Dunia : AS Rugi Rp16.000 Triliun dalam Sehari