Ia bahkan menyebut bahwa kritik tersebut berasal dari "kaum nyinyir" yang belum bisa menerima gaya kepemimpinannya.
“Indonesia ini perlu mental yang kuat. Harus tahan menghadapi kaum nyinyir. Biarkan mereka sakit hati selamanya,” ujarnya lantang.
Tak lupa Dedi Mulyadi juga menyoroti soal estetika Gedung Sate yang menurutnya perlu ditata ulang.
Ia memberi arahan langsung soal penempatan tiang bendera hingga podium agar panorama Gedung Sate tetap terlihat apik saat upacara.
Baca Juga: Dibalik Pernyataan Menkes yang Kontroversial, Dokter Spesialis Ungkap Fakta Sebenarnya
Di akhir pidatonya Dedi Mulyadi mengajak para orang tua untuk menanamkan nilai-nilai cinta dan rasa dalam mendidik anak.
Ia berkisah bagaimana orang tuanya dulu berpuasa saat dirinya menghadapi ujian sebagai bentuk cinta tanpa pamrih.
“Anak-anak hebat lahir dari rasa dan cinta bukan gratifikasi. Negeri ini harus dibangun dengan silih asih, silih asuh, dan silih pikanyaah,” tuturnya.***