Bisnisbandung.com - Pada tanggal 12 Mei 2024, Pejabat Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, mengeluarkan surat edaran yang meminta para bupati dan wali kota di wilayahnya untuk memperketat izin kegiatan study tour, terutama yang dilakukan di luar kota.
Kebijakan ini diambil sebagai langkah antisipasi menjelang masa kenaikan kelas, akhir tahun pelajaran, dan liburan sekolah yang biasanya diwarnai oleh peningkatan aktivitas study tour oleh berbagai lembaga pendidikan.
Bey Machmudin menjelaskan bahwa pengetatan izin ini bertujuan untuk menjaga keamanan dan keselamatan siswa selama masa-masa tersebut.
Ia menyatakan bahwa kegiatan study tour di luar kota dapat membawa risiko lebih besar, terutama dalam hal transportasi dan pengawasan siswa di luar lingkungan yang familiar.
Baca Juga: 385 Jamaah Haji Kloter Pertama Tiba di Madinah, Beginilah Kondisinya
Dengan adanya kebijakan ini, diharapkan setiap kegiatan study tour dapat lebih terkendali dan terjamin keamanannya.
Namun, kebijakan ini mendapatkan tanggapan beragam dari masyarakat, terutama dari warganet di media sosial.
Banyak yang mengkritik keputusan ini sebagai langkah yang tidak masuk akal.
Salah satu komentar yang muncul dari akun X @ardisatriawan menyebutkan, "kalau pas mudik ada kecelakaan, apakah mudiknya dilarang?" Pernyataan ini menggambarkan ketidaksetujuan terhadap kebijakan yang dianggap tidak relevan dengan solusi terhadap masalah yang ada.
Baca Juga: Kekacauan Di Perbatasan: Aktivis Dan Para pemukim Israel Segala Cara Untuk Hentikan Bantuan Ke Gaza
Komentar lain dari akun X @kozirama juga mempertanyakan logika di balik kebijakan tersebut.
"Gue beneran penasaran, apa yang bikin pejabat-pejabat Indonesia itu pola pikirnya kayak gini? Maksudnya, kita sebagai rakyat jelata ngerti kok yang seharusnya dilakukan itu apa, tapi kok mereka ini kayak gak pernah kenal alur logika," tulisnya. Kritik ini mencerminkan pandangan sebagian masyarakat yang merasa kebijakan tersebut kurang mempertimbangkan kebutuhan dan realitas di lapangan.
Di sisi lain, beberapa pihak mendukung kebijakan ini dengan alasan keamanan.
Mereka berpendapat bahwa risiko kecelakaan dan masalah lainnya bisa diminimalisir dengan membatasi kegiatan study tour di luar kota.