Dalam pidato yang berlangsung sekitar 10 menit tersebut Dedi Mulyadi juga menyoroti lonjakan penduduk di Jawa Barat.
Ia menyampaikan pengalaman pribadinya saat menemui warga dengan belasan anak namun hidup dalam keterbatasan.
“Jumlah anak yang terlalu banyak sangat identik dengan kemiskinan. Pengendalian kelahiran perlu menjadi bagian dari solusi,” tegasnya.
Ia juga menyoroti lambannya proses perizinan yang membuat investasi tersendat.
Baca Juga: Kasus ‘Fantasi Sedarah’ Jadi Alarm Bahaya, MUI : Kita Defisit Moral dan Keilmuan
Dedi Mulyadi mengaku harus "pasang badan" demi percepatan proyek padat karya seperti pabrik sepatu di Indramayu yang mangkrak dua tahun akibat izin lingkungan.
Dedi Mulyadi menegaskan pentingnya pemerintah hadir langsung dalam menyelesaikan persoalan masyarakat.
Ia bahkan menyebut dirinya kerap bertindak layaknya RT, RW, atau kepala desa, bukan sekadar seorang gubernur.
“Saya sering posisikan diri jadi kepala desa. Masyarakat perlu disentuh secara emosional bukan sekadar lewat struktur birokrasi,” ujarnya.
Sebelum mengakhiri Dedi Mulyadi sekali lagi menyelipkan sindiran pedas ke arah DPRD PDIP: “Sekali merdeka, tetap walk out secara bersama-sama.”***
Artikel Terkait
Mantan Menkominfo Budi Arie Klarifikasi Tuduhan Terima Uang Judi Online
Pandangan Buruk soal Pendidikan Barak Militer, Dedi Mulyadi: Justru Lindungi Hak Anak
Dicintai Warga Tapi Dibenci PDIP, Kisah Dedi Mulyadi Versi Ade Armando
Jokowi Rebut Peran Gibran, Begini Kritik Pedas Budayawan Mohamad Sobary
Gubernur Dedi Mulyadi Disebut Otoriter? Pengamat: Tapi Efektif dan Rakyat Suka!
Kongres PDIP Ditunda, Ada Apa? Ini Kata Pengamat Politik