“Jadi kalau tiba-tiba misalnya dipaksakan, dipaksa, misal katakanlah sudah, nanti sekolah misalnya di Bekasi ya, ada 20 orang misalnya, kira-kira gitu. Maka kemudian itu akan jadi beban baru buat sekolah,” lanjutnya.
Ia memberikan contoh pengalaman pribadi sebagai mantan ketua komite sekolah yang kesulitan mencari dana untuk membiayai kegiatan ekstrakurikuler dan honor guru.
Ia juga menekankan pentingnya pendekatan jangka panjang yang melibatkan pendampingan psikologis, guru bimbingan konseling, dan keterlibatan lintas sektor.
Menurutnya, pendekatan militer tidak dapat berdiri sendiri tanpa integrasi dengan strategi pembinaan karakter yang lebih holistik.***
Baca Juga: Terungkap! Bukti Baru Soal Ijazah Jokowi, Ikrar Nusa Bhakti: Palsu atau Asli?
Artikel Terkait
Pembangunan Jawa Barat Bukan untuk Cari Panggung, Dedi Mulyadi: Untuk Rakyat!
Pemusnahan Amunisi di Garut Jadi Tragedi, Dedi Mulyadi Berdoa untuk Korban
Dedi Mulyadi Buka Suara Soal Pelaporan ke Komnas HAM, "Kami Peduli dengan Masa Depan Anak-anak"
Kak Seto Sebut Gubernur Dedi Mulyadi Sebagai ‘Sahabat Anak’ Berkat Program Pendidikan Inovatif
Kang Hasan Tanggapi Program Dedi Mulyadi, Pendidikan Karakter Bukan dengan Kekerasan
Dampingi Keluarga Korban Ledakan Amunisi Garut, Gubernur Dedi Mulyadi Beri Santunan Rp50 Juta