Sidak ke SMPN 1 Kutawaluya Karawang, Dedi Mulyadi Soroti Kondisi Sekolah & Janjikan Solusi

Beberapa siswa mengaku menerima bantuan tersebut, tetapi masih ada juga yang tidak tahu secara rinci penggunaannya karena diambil langsung oleh orang tua mereka.

“Ada yang bilang dulu dana bantuan sempat ada potongan untuk alumni. Itu harus dipastikan tidak terjadi lagi. Bantuan pendidikan harus digunakan sepenuhnya untuk kebutuhan sekolah,” kata Dedi Mulyadi.

Salah satu hal menarik yang ditemukan Dedi Mulyadi adalah kebiasaan siswa dalam menggunakan uang saku.

Ia menghitung bahwa jika seorang siswa menghabiskan Rp20 ribu per hari untuk jajan maka dalam sebulan jumlahnya bisa mencapai Rp500 ribu.

Baca Juga: Presiden Prabowo Tanggapi Isu Dikendalikan Jokowi dengan Kata ‘Ndasmu’, Hersubeno Arief: Tanda Anti Kritik?

Ia pun menekankan pentingnya menabung dan memprioritaskan kebutuhan pendidikan dibanding sekadar jajan.

“Andai kata sekolah meminta uang Rp500 ribu per bulan pasti ribut. Tapi kalau buat jajan enggak ada yang protes. Mulai sekarang ayo belajar nabung dan mengatur uang dengan baik,” ujarnya.

Dedi Mulyadi juga mengungkapkan rencananya untuk menyediakan program makan bergizi gratis di sekolah.

Dengan adanya program ini ia berharap siswa tidak perlu lagi menghabiskan uang untuk jajan di luar dan lebih fokus pada kebutuhan gizi mereka.

Baca Juga: Adi Prayitno Soroti Kekhawatiran, Gerindra akan Usung Kembali Prabowo di Pilpres 2029

“Kamu makan apa di rumah? Makan telur sehari tiga biji bisa kok dengan uang Rp10 ribu. Jadi enggak ada alasan untuk tidak makan sehat,” kata Dedi Mulyadi.

Kunjungan Dedi Mulyadi ke SMPN 1 Kutawaluya Karawang menyoroti berbagai masalah pendidikan yang masih perlu perhatian lebih.

Dari kondisi sekolah yang butuh perbaikan, kebiasaan siswa dalam mengelola uang, hingga pentingnya pembentukan karakter sebelum akademik.

Dedi Mulyadi menegaskan bahwa perubahan harus dimulai dari kebiasaan kecil, seperti menjaga kebersihan, disiplin, dan mengelola uang dengan baik.

Baca Juga: Tajam! Ikrar Nusa Bhakti: Jokowi Lebih Buruk dari Soeharto dalam Pengelolaan Kekuasaan dan Ekonomi