Anak-anak di sekitar mereka tertawa sambil bermain air.
“Tapi kan air banyak, Pak!” teriak salah satu siswa yang lain.
Pak Hasan tersenyum. “Kelihatannya banyak. Tapi coba kamu hitung, berapa sumur di desa kita yang mulai kering? Alam tidak akan terus memberi kalau manusia tak pandai menjaga.”
Rani menatap air yang mengalir perlahan di parit kecil itu. “Berarti menjaga air itu sama dengan menjaga kehidupan, ya, Pak?”
Pak Hasan mengangguk. “Iya. Karena dari air, semua yang hidup bisa tumbuh.”
Pelajaran dari Setetes Air
Air bukan sekadar cairan bening yang mengalir dari keran. Ia membawa cerita tentang keseimbangan, tentang tanggung jawab, dan tentang kebersamaan manusia dengan alam.
Kita tidak bisa melarang industri berkembang, justru harus didukung, asal berjalan dengan prinsip berkelanjutan. Pemerintah pun terus berupaya menjaga sumber air lewat regulasi dan pengawasan. Namun, masyarakat juga punya peran besar, yaitu menggunakan air dengan bijak, menanam pohon, dan tidak mencemari sumbernya.
Seperti kata Pak Hasan sebelum pulang sore itu,
“Kita tidak bisa hidup tanpa air, tapi air bisa hidup tanpa kita. Jadi, siapa yang seharusnya lebih bijak?”
Penutup
Dari percakapan sederhana antara guru dan murid, kita belajar bahwa air bukan sekadar kebutuhan, tetapi amanah. Setiap tetesnya mengandung tanggung jawab, bagi pemerintah yang mengatur, bagi perusahaan yang memanfaatkan, dan bagi masyarakat yang menikmati.
Karena sejatinya, air adalah sumber kehidupan, bukan sumber keuntungan. Dan menjaga air, berarti menjaga masa depan.***