Ketika Budaya Masuk, Keyakinan Tersentuh

photo author
- Senin, 1 Desember 2025 | 11:00 WIB
Persembahan Budaya Lokal Desa Cimenyan
Persembahan Budaya Lokal Desa Cimenyan

Oleh: Ummu Fahhala
(Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi)

Desa yang dulu tenang kini berubah. Musik asing terdengar dari kafe malam. Ritual-ritual kuno kembali dipertontonkan demi menarik wisatawan. Anak muda mulai meniru gaya hidup para pelancong.

Seorang ibu mengeluh kepada saya,
“Dulu anak saya tidak berani keluar malam. Sekarang dia ikut teman-temannya bekerja sampai larut karena ada acara musik di vila wisatawan.”

Saya tahu ada yang lebih dalam dari sekadar perubahan ekonomi. Ada perubahan cara hidup. Ada perubahan cara berpikir. Ada perubahan nilai.

Islam mengingatkan kita, “Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang menyesatkan, karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya.”
(QS. Al-An'am: 153)

Benar. Sistem sekularisme kapitalisme membuka pintu selebar-lebarnya bagi masuknya budaya yang tidak terjaga. Masyarakat pun mulai menilai hidup berdasarkan “untung dan rugi”, bukan “halal dan haram”.

Baca Juga: Kisah Desa Wisata yang Mencari Jalan Pulang

Jalan Kembali itu Bernama Islam

Suatu malam, saya berbicara dengan seorang guru ngaji desa. Ia menatap bukit yang remang dan berkata,

“Anak muda kita butuh arah. Desa butuh arah. Dan arah itu ada di Islam.”

Saya mengangguk. Islam memang mengatur kehidupan dengan utuh. Ekonomi, sosial, pendidikan, semuanya terikat oleh satu kalimat, yakni taat kepada Allah Swt.

Islam tidak menjadikan wisata sebagai mesin ekonomi utama. Islam menempatkan wisata pada tempatnya, berupa rekreasi dan dakwah.

Rasulullah saw. bersabda, “Kaum Muslimin berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput, dan api.” (HR. Abu Dawud, no. 3477)

Hadis ini menegaskan bahwa sumber daya alam milik umum, bukan milik korporasi. Negara wajib mengelola dan mendistribusikan hasilnya kepada rakyat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Alit Suwirya

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

SMK Go Global dan Arah Pendidikan Kita

Senin, 8 Desember 2025 | 19:00 WIB

Ketika Budaya Masuk, Keyakinan Tersentuh

Senin, 1 Desember 2025 | 11:00 WIB

Kisah Desa Wisata yang Mencari Jalan Pulang

Senin, 1 Desember 2025 | 10:01 WIB

Judol, Ketika Kebebasan Berubah Menjadi Jerat

Jumat, 21 November 2025 | 14:20 WIB

Di Antara Idealisme dan Royalti

Rabu, 12 November 2025 | 06:00 WIB

Percakapan tentang Setetes Kehidupan

Sabtu, 1 November 2025 | 18:00 WIB

Jabat Tangan di Bawah Langit Islam

Senin, 13 Oktober 2025 | 20:35 WIB

Bandung di Persimpangan

Minggu, 5 Oktober 2025 | 20:00 WIB

Mimpi di Balik Gerobak

Rabu, 24 September 2025 | 09:45 WIB

Generasi Patah Sayap, Mimpi yang Terkubur

Senin, 15 September 2025 | 21:30 WIB

Saat Gizi yang Dijanjikan Membawa Nestapa

Jumat, 5 September 2025 | 12:30 WIB

Butiran Air Mata di Karung Beras

Jumat, 18 Juli 2025 | 17:00 WIB

Pak, Tahun Depan Aku Masih Bisa Ngajar, Nggak?

Selasa, 15 Juli 2025 | 10:30 WIB

Sungai Itu Masih Ingat Namamu

Sabtu, 12 Juli 2025 | 11:30 WIB

Sebuah Suara dari Desa untuk Negeri

Selasa, 1 Juli 2025 | 21:00 WIB

Cara Mendengar Suara Tuhan, Secara Mudah

Minggu, 29 Juni 2025 | 19:30 WIB
X