Malam itu, langit Cikancung terasa lebih berat. Namun, di balik gerobak sederhana, lahir sebuah kesadaran: UMKM tak boleh selamanya hidup dalam bayang-bayang kapitalisme. Ada mimpi yang lebih besar, yaitu mimpi tentang ekonomi yang adil, yang hanya bisa lahir dari Islam yang kaffah.***
Artikel Terkait
Sebuah Suara dari Desa untuk Negeri
Sungai Itu Masih Ingat Namamu
Pak, Tahun Depan Aku Masih Bisa Ngajar, Nggak?
Butiran Air Mata di Karung Beras
Saat Gizi yang Dijanjikan Membawa Nestapa
Generasi Patah Sayap, Mimpi yang Terkubur