Generasi Patah Sayap, Mimpi yang Terkubur

photo author
- Senin, 15 September 2025 | 21:30 WIB
Ilustrasi uang (pexels/ahsanjaya)
Ilustrasi uang (pexels/ahsanjaya)

Raka menggeleng lemah. “Aku sudah datang ke tiga job fair. Banyak lowongan, tapi nyatanya perusahaan juga sedang memangkas karyawan. Rasanya seperti fatamorgana.”

Baca Juga: Butiran Air Mata di Karung Beras

Andi menunduk. “Jadi benar ya… kapitalisme memang cuma janji. Katanya banyak peluang, katanya bisa sejahtera. Tapi yang kita rasakan malah kebingungan.”

Raka menatap serius. “Selama sistem ini berdiri, kita hanya jadi angka. Pengangguran terus ada, seakan-akan itu normal. Padahal jelas ini bukti kegagalan.”

Percakapan itu menggambarkan kenyataan pahit. Kapitalisme tidak mampu memberi solusi nyata. Ia hanya memperbesar jurang kaya dan miskin. Negara seakan lepas tangan. Job fair digelar, jurusan vokasi dibuka, namun hasilnya tetap sama: banyak anak muda menganggur.

Fenomena ini bukan sekadar statistik. Ia adalah luka. Luka bagi jutaan anak muda yang bermimpi. Luka bagi orang tua yang berharap. Luka bagi bangsa yang kehilangan generasi emasnya.

Islam Memberi Jalan Terang

Namun, sejarah pernah membuktikan ada jalan lain. Jalan itu adalah Islam.

Dalam Islam, penguasa adalah ra‘in, pengurus rakyat. Rasulullah saw. bersabda, “Imam adalah ra‘in dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Negara wajib memastikan rakyat punya akses pekerjaan. Negara melarang riba yang mencekik. Negara mengoptimalkan baitulmal untuk modal usaha rakyat. Negara mengelola sumber daya alam tanpa privatisasi. Semua itu membuka proyek padat karya yang menyerap tenaga kerja.

Baca Juga: Sebuah Suara dari Desa untuk Negeri

Rasulullah saw. pernah memberi modal kepada seorang sahabat agar ia bisa bekerja. Umar bin Khattab memberikan tanah kepada rakyat agar mereka bisa bercocok tanam. Semua langkah itu nyata, bukan sekadar janji.

Suatu malam, Andi kembali berbincang dengan ayahnya.

“Ayah, kalau semua sistem gagal, apa ada jalan keluar?” tanya Andi dengan wajah ragu.

Ayahnya tersenyum bijak. “Ada, Nak. Islam sudah memberi jalan. Bukan hanya untuk ibadah, tapi juga untuk ekonomi. Islam punya aturan agar semua orang bisa hidup layak. Kalau kita kembali pada aturan Allah, generasi sepertimu tidak akan hilang arah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Alit Suwirya

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

SMK Go Global dan Arah Pendidikan Kita

Senin, 8 Desember 2025 | 19:00 WIB

Ketika Budaya Masuk, Keyakinan Tersentuh

Senin, 1 Desember 2025 | 11:00 WIB

Kisah Desa Wisata yang Mencari Jalan Pulang

Senin, 1 Desember 2025 | 10:01 WIB

Judol, Ketika Kebebasan Berubah Menjadi Jerat

Jumat, 21 November 2025 | 14:20 WIB

Di Antara Idealisme dan Royalti

Rabu, 12 November 2025 | 06:00 WIB

Percakapan tentang Setetes Kehidupan

Sabtu, 1 November 2025 | 18:00 WIB

Jabat Tangan di Bawah Langit Islam

Senin, 13 Oktober 2025 | 20:35 WIB

Bandung di Persimpangan

Minggu, 5 Oktober 2025 | 20:00 WIB

Mimpi di Balik Gerobak

Rabu, 24 September 2025 | 09:45 WIB

Generasi Patah Sayap, Mimpi yang Terkubur

Senin, 15 September 2025 | 21:30 WIB

Saat Gizi yang Dijanjikan Membawa Nestapa

Jumat, 5 September 2025 | 12:30 WIB

Butiran Air Mata di Karung Beras

Jumat, 18 Juli 2025 | 17:00 WIB

Pak, Tahun Depan Aku Masih Bisa Ngajar, Nggak?

Selasa, 15 Juli 2025 | 10:30 WIB

Sungai Itu Masih Ingat Namamu

Sabtu, 12 Juli 2025 | 11:30 WIB

Sebuah Suara dari Desa untuk Negeri

Selasa, 1 Juli 2025 | 21:00 WIB

Cara Mendengar Suara Tuhan, Secara Mudah

Minggu, 29 Juni 2025 | 19:30 WIB
X