Lalu, siapa yang memperhatikan sekolah swasta yang mulai kehilangan murid dan harapan.
Baca Juga: Sebuah Suara dari Desa untuk Negeri
Islam Memberikan Solusi
Rasulullah Saw. sejak awal membangun pendidikan bukan dengan kompetisi, tapi tanggung jawab. Masjid Nabawi bukan hanya tempat ibadah, tapi juga pusat belajar. Pendidikan tidak dibiayai murid, tapi negara.
Dalam Al-Qur’an, Allah Swt. berfirman:
"Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan agama..." (QS. At-Taubah: 122).
Ini perintah untuk menyebarkan ilmu. Dalam sistem Islam, negara membangun sekolah sebanyak kebutuhan. Tidak membiarkan sekolah swasta bertarung untuk bertahan hidup.
Kita tidak sedang mencari siapa yang salah. Kita hanya ingin menyampaikan bahwa ada suara yang nyaris tak terdengar, yaitu suara guru-guru swasta yang gelisah di malam hari, memikirkan esok yang tak pasti.
Kebijakan bukan musuh. Tapi ia butuh ruang koreksi. Butuh hati yang terbuka mendengar jerit diam mereka yang terdampak.
Baca Juga: Cara Mendengar Suara Tuhan, Secara Mudah
Hermanto menatap mata Bu Ratna yang sembab.
“Bu, saya belum tahu jawabannya. Tapi saya akan berjuang. Karena pendidikan bukan cuma soal angka. Ini soal manusia.”
Penutup
Mungkin sudah waktunya kita menengok kembali sistem yang memuliakan ilmu tanpa menyakiti pengajar. Sistem yang pernah berjaya di bawah kepemimpinan Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul Aziz, yang tak membiarkan satu anak pun buta huruf atau satu guru pun kehilangan martabatnya.
Karena pendidikan sejatinya bukan tentang siapa yang menang atau kalah,
Tapi tentang siapa yang tumbuh, dan siapa yang ditumbuhkan.***
Artikel Terkait
Seberapa Besar Inovasi Pengajaran Bahasa Inggris dalam menghadapi Globalisasi?
Ibu Rani, Bayi Kecil, dan Harapan Baru di Jawa Barat
Di Balik Pintu Besi Kosambi: Sebuah Pelajaran tentang Kepekaan dan Tanggung Jawab
Cara Mendengar Suara Tuhan, Secara Mudah
Sebuah Suara dari Desa untuk Negeri
Sungai Itu Masih Ingat Namamu