Mendaki Gunung Ikonnya Kota Garut

- Selasa, 26 April 2022 | 18:00 WIB
caption foto penampakan Gunung Guntur dari kawasan Cilopang Garut (Bisnisbandung.com / Irfan Sonjaya)
caption foto penampakan Gunung Guntur dari kawasan Cilopang Garut (Bisnisbandung.com / Irfan Sonjaya)


Bisnis Bandung - Kota Garut merupakan sedikit dari kota di Indonesia yang memiliki lansekap unik, bila di cermati kota ini sangat banyak memiliki gunung. Saking banyaknya gunung yang mengepung Garut membuat kota ini kerap dijuluki ”Swiss van Java” oleh orang-orang Belanda di masa lalu.

Kompleks Gunung Guntur merupakan pegunungan yang mengepung kota Garut, selain itu Garut juga dikepung gunung lain, yaitu Papandayan, Cikuray, Haruman, dan Talaga Bodas.
Selain membentuk lanskap yang mempesona serta memasok air panas alami, kelima gunung ini juga turut menyejukkan suhu Garut.

Di dorong pesona alamnya yang menarik para pelancong sejak jaman kolonial. Sejarawan dari Universitas Padjadjaran, Kunto Sofianto, mengatakan, beberapa tokoh terkenal yang pernah berkunjung ke Garut adalah Raja Leopold dari Belgia dan permaisurinya Astrid, tahun 1928, bintang film Charlie Chaplin, serta penyanyi Jerman, Renate Muller dan Hans Albers.

Dengan bentang alam yang demikian tidaklah mengherankan, Garut diberkahi tanah subur dan air berlimpah. Sehingga kawasan ini cocok untuk berbagai jenis tanaman, mulai dari sayur hingga tanaman perkebunan, seperti kopi, teh, dan kina.

Mengutip Encyclopedie van Nederlandsch-Indie, Kunto menyebutkan, jumlah penduduk Garut tahun 1915 mencapai 15.000 orang. Lima belas tahun kemudian, jumlahnya menjadi 33.612 orang, terdiri dari pribumi 31.373 orang, Eropa 454 orang, China 1.683 orang, dan bangsa dari timur lain (Arab, India, dan Jepang) 102 orang.

Baca Juga: Mengenal Stasiun Kereta Api Tertinggi di Indonesia

Hingga kini, Garut masih bertumpu pada wisata dan pertanian. Kota itu kini berpenduduk 2,4 juta jiwa (BPS, 2010).

Gunung Guntur merupakan salah satu dari sekian banyaknya gunung yang mengepung kota Garut. Gunung ini memiliki tinggi 2.249 meter dari permukaan laut, relatif rendah dibandingkan dengan gunung api lain di Nusantara.

Hal itu yang sering kali membuat banyak pendaki meremehkan gunung ini. Tubuh gunung nyaris kerucut sempurna, sehingga jalur pendakian terus menanjak hingga puncak.

Bebatuan keras yang melapisi tubuh gunung membuat gunung ini nyaris gundul, di beberapa tempat, asap samar menguar dari tanah dan bau belerang menyengat. Jarang sekali dijumpai pepohonan di jalur pendakian, oleh karena itu beberapa pendaki yang pernah mendaki gunung ini mengatakan, meskipun tidak tinggi namun pendakian ke Gunung Guntur sangat menguras energi.

Inilah sosok gunung yang pada tahun 1800-an digambarkan laksana guntur karena gemuruh letusannya menyeramkan. Selama kurun waktu 1800 sampai 1847, Gunung Guntur tercatat meletus 21 kali.

Naturalis kelahiran Jerman, F Junghuhn (1850), menggambarkan gunung ini sebagai gunung api teraktif di Jawa pada waktu itu setelah Gunung Lamongan di Jawa Timur. ”Gunung ini sangat ditakuti penduduk, kawahnya bergerigi.

Setiap tahun meletus, dibarengi suara gemuruh, melontarkan abu, pasir, dan batu, menutup dataran hijau di sekitarnya,” tulis Junghuhn. Namun, kini bahaya Gunung Guntur tak banyak disadari warga karena sudah 165 tahun tidur lelap.

Meskipun jejak sejarah masa lampau nya cukup menyeramkan, namun setiap tahun banyak sekali pendaki yang melakukan pendakian ke gunung Guntur. Untuk mendaki gunung Guntur, kita bisa melalui jalur Curug Citiis, lokasinya berada di kampung Citiis, kecamatan Tarogong kaler, Kabupaten Garut.

Jalur pendakian ini merupakan jalur terpendek dan termudah yang ditemukan oleh Frans Junghun. Jalur ini selain melewati Curug Citiis, kita juga akan melalui lokasi penambangan pasir Citiis yang beroperasi sejak tahun 1960 an.

Halaman:

Editor: Us Tiarsa

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Yuk Intip Deretan Cafe Korea Kece yang Ada di Bandung!

Senin, 4 September 2023 | 22:00 WIB
X