Bisnis Bandung - Perkembangan Islam di Pulau Jawa,tidak bisa dilepaskan begitu saja dari Wali Songo,sembilan wali ini merupakan penyebar agama Islam di Pulau Jawa saat itu.
Salah satu dari kesembilan wali tersebut menyebarkan agama Islam di wilayah Jawa Barat. Selain sebagai pemimpin spiritual,beliau juga dikenal sebagai salah satu sultan kerajaan Islam Cirebon.
Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal sebagai Sunan Gunung Djati,ialah sultan yang membawa kerajaan Cirebon dalam kemasyuran. Sepeninggal beliau kerajaan Cirebon menjelma menjadi salah satu kerajaan besar diwilayah pesisir pantai utara Jawa. Letaknya yang strategis sebagai salah satu pelabuhan perdagangan penting di abad 15-16 masehi, menyebabkan Cirebon tampil sebagai salah satu kerajaan yang diperhitungkan.
Baca Juga: Melepas Penat di Talaga Surian Kuningan
Makam Sunan Gunung Djati terletak di bukit Gunung Sembung,sebagai salah satu dari Wali Songo makam beliau merupakan salah satu destinasi wisata ziarah bagi kalangan umat muslim.
Hampir sepanjang tahun tempat ini tidak pernah sepi dari para peziarah,mereka datang bukan hanya dari seputaran Jawa Barat saja,namun dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Ada 9 pintu yang terdapat dalam Makam Sunan Gunung Jati, yaitu:
1)Pintu Gapura,
2)Pintu Krapyak,
3)Pintu Pasujudan,
4)Pintu Ratnakomala,
5)Pintu Jinem,
6)Pintu Rararoga,
7)Pintu Kaca,
8)Pintu Bacem dan
9)Pintu Teratai.
Baca Juga: Memuaskan Hobi di muara Cijeruk, Garut Selatan
Para pengunjung atau peziarah hanya diperkenankan masuk sampai di pintu ke-5 saja. Pintu ini pada waktu-waktu tertentu dibuka dan dijaga selama beberapa menit kalau-kalau ada yang ingin menerobos masuk.
Dari pintu yang diberi nama Selamat Tangkep itu terlihat puluhan anak tangga menuju Makam Sunan Gunung Jati. Para peziarah umum diharuskan masuk melalui gapura sebelah Timur dan langsung masuk pintu serambi muka untuk berpamit kepada salah seorang Juru Kunci yang bertugas. Setelah diijinkan maka peziarah umum dapat menuju ke pintu barat yaitu ruang depan Pintu Pasujudan.
Sedangkan kompleks makam utama hanya boleh dimasuki oleh keluarga Kraton sebagai keturunannya selain petugas harian yang merawat sebagai Juru Kunci-nya.
Baca Juga: Ngabuburit Tradisi Unik Kala Ramadhan
Selain dari orang-orang yang disebutkan itu tidak ada yang diperkenankan untuk memasuki makam Sunan Gunung Jati.Alasannya antara lain adalah begitu banyaknya benda-benda berharga yang perlu dijaga seperti keramik-keramik atau benda-benda porselen lainnya yang menempel ditembok-tembok dan guci-guci yang dipajang sepanjang jalan makam.
Keramik-keramik yang menempel ditembok bangunan makam konon dibawa oleh istri Sunan Gunung Djati yang berasal dari Cina, yaitu Putri Ong Tien.Banyak keramik yang masih sangat baik kondisinya, warna dan desainnya sangat menarik. Sehingga dikhawatirkan apabila pengunjung bebas keluar-masuk seperti pada makam-makam wali lainnya maka barang-barang itu ada kemungkinan hilang atau rusak.
Artikel Terkait
Jenazah Dicelupkan ke Sungai Bagmati Untuk Mengakhiri Siklus Reinkarnasi
Restoran Legendaris Rindu Alam Disiapkan Untuk Kembali Beroperasi
Bisnis Menggiurkan Mangga Gedong Gincu, Tembus Pasar Timur Tengah dan Asia
3 Destinasi Wisata Terkini Pantai Pangandaran
Bikin Penasaran, Curug Seke Potensi Wisata Tersembunyi di Sumedang