Bisnisbandung.com - Dunia Crypto kembali diterpa kabar yang tidak baik setelah sebelumnya exchanger Cryptocurrency Celsius diberitakan bangkrut.
Muncul rumor bahwa exchanger Cryptocurrency Coinbase mengalami krisis likuiditas akibat adanya data arus keluar Crypto stablecoin yang signifikan.
Namun hal ini langsung dibantah oleh kalangan profesional di komunitas Crypto karena arus keluar stablecoin bervariasi di pasar Cryptocurrency yang gelisah.
Desas-desus muncul pada Jumat malam bahwa exchanger Cryptocurrency Coinbase dapat menghadapi masalah likuiditas setelah email yang bocor yang menyatakan bahwa mereka akan menangguhkan program afiliasinya.
“Ini bukan keputusan yang mudah, juga tidak dibuat ringan, tetapi, karena kondisi pasar crypto dan prospek untuk sisa tahun 2022, Coinbase tidak dapat terus mendukung lalu lintas berinsentif ke platformnya.” Tulis email yang terima oleh Business insider.
Beberapa membuat pernyataan pada Twitter untuk mengklaim keputusan itu merupakan indikasi masalah likuiditas untuk bursa teratas AS. Kurt Wuckert Jr dari CoinGeek tweeted bahwa penangguhan program afiliasi, dalam kombinasi dengan keputusan lain yang dibuat oleh Coinbase selama beberapa minggu terakhir, menandakan adanya krisis likuiditas menjulang.
Menurut data on-chain dari CryptoQuant pada 15 Juli, sekitar 50% stablecoin di Coinbase Pro meninggalkan bursa. Nilai total stablecoin yang keluar tersebut mencapai $248 juta.
Persentase arus keluar stablecoin secara signifikan lebih tinggi di Coinbase daripada di bursa lain seperti Binance.
Artikel Terkait
Terra Luna Kehilangan Reputasi Rumor Stablecoin UST, Anchor TVL Tergelincir 43% Dalam Satu Hari
Inggris Menegaskan akan Mengatur Cryptocurrency stablecoin setelah Kejatuhan Terra (LUNA)
Do Kwon Membubarkan Terraform Labs Korea Sebelum Jatuhnya Harga Cryptocurrency Terra LUNA dan Stablecoin UST