investasi

Cegah Stagflasi, TPID Jabar pun Rumuskan Pertukaran Data Antarwilayah Hingga Investasi di Sektor Pangan

Kamis, 14 Juli 2022 | 17:45 WIB
Asisten Deputi Moneter dan Sektor Eksternal Kemenko Perekonomian RI Saat Mengemukakan Tentang Perumusan Pertukaran Data Antarwilayah oleh Tiap TPID (Budi Hartati)

Bisnis Bandung - Upaya pencegahan pertumbuhan ekonomi yang stagnan dengan tingginya inflasi atau disebut dengan istilah kondisi stagflasi dilakukan Tim Pengendali Investasi Daerah atau TPID Jabar.

Melalui High Level Meeting yang diadakan Kamis 14 Juli 2022 pagi, TPID Jabar merumuskan beberapa kebijakan.

Selain kebijakan yang dikemukakan Wakil Gubernur dan Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jabar, TPID pun merumuskan adanya pertukaran data antarwilayah terkait produksi dan konsumsi pangan.

Asisten Deputi Moneter dan Sektor Eksternal Kemenko Perekonomian RI, Ferry Irawan mengungkapkan, saat ini pihaknya berupaya mengoptimalkan TPID yang ada di seluruh provinsi di Indonesia.

Baca Juga: Charlie Munger Kembali Mengeluarkan Statement Anti-Crypto seperti Bitcoin

"Itu yang sekarang kita optimalkan, komunikasi antar pimpinan TPID. Kita tukar karakteristik kita. Ini suatu peluang juka untuk menstabilkan harga," pungkasnya.

Kebijakan jangka pendek yang dilakukan dalam hal tersebut misalnya pertukaran data antara Jabar sebagai daerah produsen dengan DKI sebagai konsumen.

Ferry Irawan pun yakin, jika pertukaran data berjalan lancar, pada semester kedua tahun 2022 inflasi seluruh daerah di Indonesia bisa lebih stabil.

Kebijakan tersebut diambil karena banyaknya bahan pangan asal Jabar yang dijual oleh para pedagang langsung ke pasar induk di Jakarta, yang mengakibatkan tingginya harga pangan di Jawa Barat.

Baca Juga: Mengenal Core Scientific, Salah Satu Perusahaan Pertambangan Crypto Bitcoin Terbesar di Dunia

Deputi Kepala Perwakilan BI Jabar, Bambang Pramono mengatakan, pihaknya tidak bisa menahan para pedagang untuk menjual bahan pangan tersebut di Jabar saja.

Tapi, dirinya berharap dengan kerjasama antar TPID, tidak semua hasil produksi pangan di Jabar dibawa ke luar, DKI Jakarta salah satunya.

"Maka dari itu, jangan semua produksinya dibawa ke Jakarta. Kalau surplusnya dibawa boleh sehingga kebutuhan di Jawa Barat bisa terpenuhi. Kan ironis, Jakarta inflasinya terkendali padahal daerah konsumen," ujarnya.

Kerjasama regional antar wilayah tersebut pun dipandang penting oleh Plh Sekda Jabar, Yerry Yanuar.

Menurutnya, Jabar punya 2 pusat distribusi pangan yaitu di Purwakarta dan Cirebon. Melalui kerjasama tersebut, bisa terjadi pertukaran produk pangan antara satu wilayah dengan yang lainnya sehingga saling melengkapi.

Halaman:

Tags

Terkini