Bisnisbandung.com - Tren beralihnya penggunaan Dolar Amerika Serikat dalam transaksi internasional atau yang sering disebut dedolarisasi, terus berlanjut ke berbagai negara.
Program dedolarisasi ini mulai menjadi perbincangan sejak sekumpulan negara yang tergabung dalam BRICS mendeklarasikan akan menerbitkan mata uang baru.
Sejak saat itu berbagai negara menunjukan minat untuk mulai ikut serta melakukan dedolarisasi.
Baca Juga: Ini Jenis Kain Tenun Yang Disiapkan Dekranasda Manggarai Barat untuk 11 Kepala Negara KTT ASEAN 2023
Terbaru, sebuah organisasi regional yang dipimpin China yang mencakup lebih dari separuh Eurasia bermaksud untuk bertransisi dari penggunaan dolar Amerika Serikat menjadi mata uang anggotanya.
Sementara rencananya adalah untuk meninggalkan dolar AS dalam pembayaran timbal balik, negara-negara yang berpartisipasi belum mempertimbangkan mata uang bersama.
Organisasi Kerjasama Shanghai untuk Meninggalkan Dolar demi Mata Uang Nasional
Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) bersiap untuk menjauh dari dolar AS dan beralih ke pemukiman dalam mata uang nasional negara anggotanya.
Baca Juga: Kemendag Ubah Kebijakan Pengendalian Minyak Goreng Untuk Jaga Pasokan Setelah Lebaran
Dalam sebuah wawancara dengan saluran TV pemerintah Belarus 1, Wakil Sekretaris Jenderal blok tersebut Grigory Logvinov menyatakan:
"Peta jalan untuk transisi ke penyelesaian dalam mata uang nasional sedang dikembangkan."
Juga dikutip oleh kantor berita Interfax, diplomat Rusia itu menekankan bahwa upaya ke arah itu “serius dan substantif.”
“Prosesnya jauh dari sederhana karena, sayangnya, dolar sebagai mata uang cadangan dunia tertanam terlalu dalam, termasuk dalam sistem mata uang nasional,” kata Logvinov. Untuk benar-benar meninggalkan dolar, “masih banyak yang harus dilakukan dan jalan yang masih panjang,” jelasnya.
Baca Juga: Mengatasi Ketimpangan Harga MinyakKita di Indonesia, Kemendag Cari Insentif Alternatif
SCO, yang didirikan di Shanghai pada tahun 2001 sebagai aliansi politik, ekonomi, dan pertahanan, adalah organisasi regional terbesar di dunia, mencakup sekitar 60% wilayah Eurasia serta 40% populasi planet ini.
Artikel Terkait
Kurangi Ketergantungan Dolar,Bank Sentral Zimbabwe Berencana Menerbitkan Mata Uang Digital yang Disokong emas
Pemerintah Indonesia Mengikuti Langkah DeDolarisasi BRICS
Mau Tambahan THR? Ini Daftar Emiten Dengan Tanggal Cum Dividen di Akhir Bulan April
Laba Bersih Vale Indonesia (INCO) Naik Signifikan, Berikut Ini Faktor Pendukungnya
Ini 3 Kriteria Saham Layak Investasi Ala Lo Kheng Hong. Ternyata Consumer Goods Tidak Termasuk!
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) Merugi di Kuartal I 2023, Ini 3 Faktor Penyebabnya.