Bisnisbandung.com - PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk membukukan kerugian sebesar Rp 249,92 miliar sepanjang kuartal I tahun 2023
Berdasarkan laporan keuangan interim yang dirilis Kamis (27/4/2023), terdapat penurunan penjualan sebesar 3,23% menjadi Rp 11,76 triliun pada kuartal I 2023.
Sepanjang tiga bulan pertama tahun 2023, penurunan penjualan terjadi di hampir seluruh segmen usaha.
Segmen peternakan komersial yang berkontribusi sebesar 37,94% dari total penjualan tahun 2023 mengalami penurunan 3,69% dibandingkan kuartal I tahun sebelumnya.
Baca Juga: Ini 3 Kriteria Saham Layak Investasi Ala Lo Kheng Hong. Ternyata Consumer Goods Tidak Termasuk!
Sedangkan segmen pakan ternak yang berkontribusi 30,07% terhadap penjualan tahun 2023 mengalami penurunan sebesar 1,68% secara year on year (yoy)
Sebelumnya pada Jumat (21/4/2023) direksi JPFA telah merilis keterbukaan informasi indikasi keuangan kuartal I 2023.
Disampaikan JPFA akan mencatatkan rugi bersih untuk periode kuartal I 2023 yang disebabkan oleh kombinasi 3 faktor.
Pertama tingginya biaya produksi yang disebabkan oleh tingginya harga bahan baku.
Baca Juga: Laba Bersih Vale Indonesia (INCO) Naik Signifikan, Berikut Ini Faktor Pendukungnya
Kedua disaat yang bersamaan JPFA belum dapat menyesuaikan harga jual produk karena penurunan daya beli konsumen imbas dari inflasi yang meningkat.
Ketiga adanya kelebihan pasokan Day-Old Chick (DOC) dan ayam broiler yang berkepanjangan sehingga memberikan tekanan dari sisi penjualan.
Sesuai dengan pernyataan tersebut, beban pokok penjualan JPFA mengalami kenaikan 4,55% menjadi Rp 10,47 triliun pada kuartal I 2023.
Kenaikan beban pokok penjualan menggerus gross profit margin (GPM) JPFA menjadi 10,94% pada kuartal I 2023 dimana pada kuartal I tahun sebelumnya GPM tercatat di level 17,58%.
Artikel Terkait
Setelah Penambangan Bitcoin, Kini Model AI Juga Mendapat Perhatian Tentang Dampak Lingkungan
Ini Alasan Robert Kiyosaki Menyukai Investasi Crypto Bitcoin
Mengingat Kembali Satoshi Nakamoto, Pencipta Crypto Bitcoin yang Menghilang 12 Tahun yang Lalu
Bank Pembangunan Baru dari Negara BRICS Kembali Masuk ke Pasar Obligasi USD
Kurangi Ketergantungan Dolar,Bank Sentral Zimbabwe Berencana Menerbitkan Mata Uang Digital yang Disokong emas
Pemerintah Indonesia Mengikuti Langkah DeDolarisasi BRICS