bisnis

Kebijakan PPN 12% Bisa Memperburuk Ekonomi, Ganjar: Saatnya Kita Berpikir Kembali

Jumat, 20 Desember 2024 | 10:00 WIB
Ganjar Pranowo (dok instagram Ganjar Pranowo)


Bisnisbandung.com - Ganjar Pranowo menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap kebijakan pemerintah yang menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%.

Menurut Ganjar kebijakan tersebut hadir pada waktu yang salah, di tengah kondisi ekonomi yang sedang rapuh.

Ganjar khawatir kebijakan ini justru akan memperburuk keadaan ekonomi yang sudah tertekan terutama bagi sektor-sektor yang sedang mengalami kesulitan.

Baca Juga: Bahlil Ungkap Golkar Merancang RUU Pilkada Dipilih DPRD, Sobary: Karena Partainya Bonyok di Pilkada

Ganjar menyampaikan dalam sebuah video di youtubenya bahwa Indonesia kini memiliki PPN tertinggi di ASEAN bersama Filipina yang jauh di atas negara-negara tetangga seperti Malaysia (8%), Singapura (7%), dan Thailand (7%).

Kenaikan ini diprediksi akan memberikan dampak besar pada daya beli masyarakat terutama bagi kalangan miskin dan rentan.

Kenaikan beban pengeluaran bulanan untuk keluarga miskin diperkirakan mencapai Rp101.880 sementara kelas menengah akan terkena dampak sebesar Rp354.293.

Menurut Ganjar "Kenaikan PPN datang pada saat yang sangat kritis di mana sektor manufaktur Indonesia sedang mengalami penurunan signifikan."

Baca Juga: Keluarga Jokowi Dipecat dari PDI Perjuangan, Rudi S Kamri Sebut Sebagai Noda Sejarah

Ganjar mencatat pada tahun 2014 kontribusi sektor industri terhadap PDB Indonesia mencapai 23,56% namun pada tahun 2024 diperkirakan hanya akan berada di angka 19,28%.

Hal ini menunjukkan adanya deindustrialisasi dini yang berdampak pada tutupnya pabrik-pabrik dan hilangnya banyak lapangan pekerjaan.

"Jika kebijakan ini diteruskan situasi ini akan semakin memperburuk kondisi ekonomi karena daya beli yang menurun dan konsumsi masyarakat yang semakin terkendala," tambahnya. 

Ganjar juga menyoroti dampak sosial yang ditimbulkan dari kenaikan PPN ini terutama terhadap kelas menengah.

"Dalam lima tahun terakhir hampir 9,5 juta orang terdepak dari kategori kelas menengah yang kini hanya tinggal 47,17 juta orang," katanya.

Baca Juga: Prabowo Didorong untuk Evaluasi Kabinetnya, Rocky Gerung: Misalnya Reshuffle Cari yang Meguasai Problem

Halaman:

Tags

Terkini