bisnisbandung.com - Rencana pemerintah memindahkan dana Rp200 triliun dari Bank Indonesia ke perbankan dinilai memiliki konsekuensi penting terhadap stabilitas keuangan nasional.
Ekonom Universitas Gadjah Mada, Sekar Utami Setiastuti, menjelaskan bahwa langkah tersebut akan memengaruhi posisi neraca Bank Indonesia.
Simpanan pemerintah di bank sentral berkurang, sementara cadangan perbankan di BI meningkat. Kondisi ini berpotensi menciptakan likuiditas berlebih di sistem keuangan.
Baca Juga: Rp200 Triliun Digelontorkan ke Perbankan, Ekonom UGM Ingatkan Risiko yang Bisa Terjadi
“Karena misalnya Rp200 triliun dipindahkan ke Bank BUMN, maka pertama, simpanan pemerintah di BI berkurang, kemudian cadangan perbankan di BI akan naik. Jadi kalau kita lihat neracanya, sisi pasif bergeser dari government deposit ke bank reserve,” terangnya dilansir dari youtube Kompas TV, Jumat (12/9).
Dampak pertama yang mungkin muncul adalah tekanan pada suku bunga pasar uang jangka pendek.
“Pertama, dampak pada likuiditas perbankan akan besar. Nah, dari sisi BI ini berarti ada excess liquidity. Kalau tidak diantisipasi, maka kemudian bisa menekan suku bunga pasar uang jangka pendek,” imbuhnya.
Kelebihan likuiditas berisiko menurunkan suku bunga, sehingga Bank Indonesia perlu menyiapkan langkah antisipatif agar stabilitas moneter tetap terjaga.
Baca Juga: Daripada Bangkrut Efisiensi Belanja Masih Bisa Diselamatkan, Kata Yanuar Rizky
Selain itu, aliran dana besar ke bank BUMN dapat mendorong pertumbuhan kredit, termasuk pada sektor konsumsi.
Meskipun inflasi saat ini relatif terkendali, potensi kenaikan tetap perlu diperhatikan. Jika ekspansi kredit tidak disertai pengawasan ketat, kualitas pinjaman bisa menurun dan menimbulkan risiko bagi stabilitas sistem keuangan.
“Jadi misalnya kemudian kalau dana di Bank BUMN itu bisa mengalir ke kredit misalnya konsumsi, maka pertama akan menambah tekanan inflasi,” lugasnya.
Aspek lain yang disoroti adalah independensi Bank Indonesia. Penarikan dana pemerintah dalam jumlah besar bisa menimbulkan persepsi bahwa otonomi bank sentral berkurang.
Hal ini dikhawatirkan memengaruhi kepercayaan investor terhadap kredibilitas kebijakan moneter Indonesia.
Artikel Terkait
Resmi Duduk Sebagai Menkeu, Purbaya Paparkan Strategi Fiskal Hadapi Ketidakpastian Global
Prabowo Panggil Menkeu Purbaya, Isyarat Perubahan Besar di APBN?
Menkeu Purbaya Beberkan Biang Perlambatan Ekonomi, Gara-Gara Uang Numpuk di Bank Sentral
Menteri Keuangan Purbaya Ungkap Alasan Suntik Dana Rp200 Triliun dari BI
Rp200 Triliun Digelontorkan ke Perbankan, Ekonom UGM Ingatkan Risiko yang Bisa Terjadi