Bisnisbandung.com - Kondisi perlambatan penyaluran kredit di semester pertama 2025 semakin terasa di sektor Bank Perkreditan Rakyat, BPR dan BPR Syariah.
Direktur Utama BPRS Artha Madani, Cahyo Kartiko, menilai bahwa fenomena ini bersifat sistemik dan berdampak langsung pada kinerja lembaga keuangan skala mikro dan kecil.
Menurutnya, penurunan permintaan kredit dari pelaku UMKM yang mayoritas merupakan segmen pasar utama BPR menjadi penyebab utama stagnasi bisnis pembiayaan.
Baca Juga: Lesunya Kredit 2025, Cerminkan Perlambatan Permintaan UMKM dan Pasar
Cahyo menjelaskan bahwa UMKM yang dilayani BPRS kebanyakan bergerak di sektor retail dengan karakteristik yield yang tinggi. Hal ini sebelumnya menjadi keunggulan BPR dalam menjaga margin bisnis.
Namun, dengan turunnya permintaan produk dari masyarakat, pelaku usaha kini menahan diri untuk ekspansi. Akibatnya, kebutuhan terhadap kredit juga menurun.
“Nah, apa yang harus dilakukan? Mau nggak mau, kita akan kembali kepada teori ekonomi. Kita harus efisiensi. Efisiensi di dalam proses, efisiensi dalam produksi dan sebagainya,” bebernya dilansir dari youtube CNBC Indonesia, yang diunggah pada Minggu, (3/8).
Baca Juga: Abolisi dan Amnesti dari Presiden Prabowo Tuai Pro-Kontra, Kekuasaan Telah Bergeser
Beberapa pelaku usaha bahkan harus mengajukan pinjaman hanya untuk bertahan secara operasional, bukan untuk pertumbuhan bisnis.
Dalam situasi seperti ini, Cahyo menekankan bahwa strategi utama yang ditempuh BPRS adalah efisiensi.
Penghematan dilakukan dalam berbagai aspek operasional, termasuk proses bisnis dan pengelolaan sumber daya.
Hal ini penting untuk menyeimbangkan penurunan pendapatan akibat kredit yang melambat dengan kebutuhan menjaga profitabilitas dan kesehatan likuiditas.
Cahyo juga mengungkapkan tantangan dari sisi dana pihak ketiga. Meskipun suku bunga acuan dari Bank Indonesia dan suku bunga penjaminan sudah diturunkan, likuiditas di BPR dan BPRS masih tertekan.
Baca Juga: Ragam Upaya Pemberdayaan Ekonomi Untuk Menurunkan Fenomena Rojali Dan Rohana
Artikel Terkait
Bos Sritex Terjerat Kasus Korupsi Kredit Rp3,5 Triliun, Langsung Ditahan Kejagung
Bos Sritex Jadi Tersangka, Terungkap Dugaan Korupsi Kredit Rp692 Miliar Libatkan Bank BJB dan Bank DKI
Kasus Bos Sritex, Ada Tokoh Politik di Balik Kredit Rp3,6 Triliun? Sahroni: Bongkar Aja!
Kelola Kredit Tanpa Ribet, Apakah Angsuran Harus Diperiksa Berkala? Simak Faktanya!
Jokowi Buka Suara soal Prabowo Beri Abolisi ke Tom Lembong
Lesunya Kredit 2025, Cerminkan Perlambatan Permintaan UMKM dan Pasar