bisnisbandung.com - Posisi Amerika Serikat dan Cina tampak mengalami pergeseran besar. Menurut pebisnis dan pengamat Leonard Hartono, kondisi dua negara adidaya ini kini sangat ironis.
Cina yang dahulu tertutup kini lebih terbuka, sementara Amerika yang dulu menjadi pelopor perdagangan bebas justru makin proteksionis.
“Kalau misalnya kita mulai dulu dari ngomongin posisi, ya. Sebenarnya posisi Amerika dan Cina ini lumayan ironis, soalnya mereka bertolak belakang,” ungkapnya dilansir Bisnis Bandung dari youtube Leon Hartono, Jumat (18/4).
Transformasi Cina dimulai sejak akhir 1970-an, ketika negara tersebut beralih dari kebijakan "pintu tertutup" di era Mao Zedong menuju reformasi besar di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping.
Reformasi ini ditandai dengan pembentukan Special Economic Zones (SEZ) dan keikutsertaan dalam berbagai forum perdagangan internasional, termasuk World Trade Organization (WTO).
Kebijakan tersebut menjadi fondasi keterbukaan ekonomi Tiongkok yang bertahan hingga kini.
Sebaliknya, Amerika Serikat yang sejak pasca-Perang Dunia II memimpin inisiatif perdagangan bebas global melalui GATT dan WTO, kini mulai menunjukkan gejala sebaliknya.
Baca Juga: Makna Jumat Agung Bagi Umat Kristiani dan Pengorbanannya
Langkah-langkah seperti peningkatan tarif impor, pemutusan keterlibatan dalam Trans-Pacific Partnership (TPP), serta upaya decoupling dari Tiongkok, mencerminkan sikap yang semakin tertutup terhadap perdagangan internasional.
Leonard Hartono menilai bahwa perubahan ini terjadi atas nama kepentingan nasional Amerika serta upaya untuk menanggulangi praktik perdagangan yang dianggap tidak adil.
Namun, di balik ketegangan yang terlihat di permukaan, baik Amerika maupun Tiongkok tetap saling membutuhkan dalam rantai pasok global. Persaingan Strategis, Tapi Saling Ketergantungan Tetap Ada.
Baca Juga: Film Animasi Jumbo Tembus 3 Juta Penonton memecahkan Rekor Terlaris Sepanjang Masa
Meskipun perang dagang dan ketegangan geopolitik kerap mewarnai hubungan kedua negara, fakta di lapangan menunjukkan bahwa ekonomi Amerika dan Tiongkok tetap terhubung erat.
Artikel Terkait
Belajar dari China, Bisakah Danantara Meningkatkan Investasi Hingga 200%? Analisis Ekonom UI
“Hukuman Mati Tidak akan Membuat Manusia Jera” Praktisi Hukum: Koruptor Masih Merajalela di China
Indonesia akan Kebanjiran Produk China, Akibat Kebijakan Donald Trump?
Prabowo Sejak Lama Ingin Mengevakusi 1000 Warga Gaza, Jauh Sebelum Donald Trump
Ketegangan AS-China Ancam Ekspor Sawit, GAPKI: Jangan Sampai Saling Membalas Berlanjut
Indonesia Tidak Lagi Menarik Untuk Investor Amerika, Karena Terlalu Banyak Hutang ke China?