Penutupan pabrik berdampak serius terhadap ribuan keluarga yang bergantung pada penghasilan dari sektor ini.
Sementara dari aspek teknologi, banyak pabrik di Tiongkok sudah mengadopsi sistem otomatisasi untuk menekan biaya dan meningkatkan efisiensi.
Namun, pabrik di Indonesia seperti Yihong masih bergantung pada tenaga kerja manual. Hal ini membuat perusahaan rentan terhadap gangguan operasional, termasuk mogok kerja.
Kendati begitu, Tom menilai alasan PHK bukanlah semata kerugian akibat mogok. Ia menduga bahwa penutupan pabrik adalah bentuk strategi untuk menghindari kewajiban perusahaan terhadap pekerja kontrak yang mendekati masa pengangkatan sebagai karyawan tetap.
Baca Juga: Ekonom Senior Ungkap Upaya Pemerintah Lindungi Industri dari Dampak Tarif Trump
Dengan melakukan PHK lebih awal, perusahaan bisa menghindari beban seperti jaminan sosial, upah minimum regional (UMR), dan tunjangan tetap lainnya.
Banyak pihak juga mulai curiga bahwa manajemen sengaja mengambil jalan pintas untuk "mengosongkan beban" operasional tanpa memperhatikan hak-hak tenaga kerja.
Apalagi, mayoritas pekerja telah mengabdi hampir dua tahun, dan sebagian besar berusia antara 30 hingga 40 tahun yang mana sulit untuk mendapatkan pekerjaan baru dalam waktu singkat.***
Baca Juga: Pengamat Menelisik Bahaya Politikal Sinyal dari Kunjungan Menteri ke Solo Bertemu Jokowi
Artikel Terkait
Di mana Pemerintah? Juni 2025 PHK Bisa Capai 150.000 Buruh, Said Iqbal Desak Pembentukan Satgas
Mitigasi PHK Bukan Sekadar Instruksi, Nurjaman: Butuh Langkah Nyata dari Semua Pihak
Alarm Tumbangnya Industri Padat Karya Nasional, Gelombang PHK di Awal Tahun 2025
Dibalik PHK Massal PT Yihong, Said Iqbal Beberkan Modus Perusahaan-Perusahaan Investasi Cina
Tarif Impor Donald Trump Bikin PHK? Jusuf Kalla: Itu Cuma Ketakutan Berlebihan!
Didorong KSPI, Prabowo Siap Bentuk Satgas Khusus Atasi PHK