Bisnisbandung.com - Pemilu di Meksiko pada tahun 2024 menorehkan sejarah kelam. Pemilu ini tidak hanya tentang pemilihan calon pemimpin, tetapi juga tentang bagaimana mereka bertahan hidup dari ancaman kekerasan.
Pada bulan Juni 2024, sebanyak 30 kandidat politik kehilangan nyawa mereka, dan 77 lainnya hidup di bawah bayang-bayang ancaman kematian setiap hari.
Meksiko, negara yang terkenal dengan kartel narkobanya, menghadapi kekerasan yang merajalela selama pemilu.
Baca Juga: Netralitas Polri Harus Diutamakan, Rocky Gerung: Tantangan di Era Pemerintahan Jokowi
Sebanyak 11 orang diculik dan hilang tanpa jejak, mencerminkan betapa rentannya situasi di negara ini.
Salah satu insiden tragis terjadi pada seorang calon walikota dari Partai Morena, Alberto Antonio Garcia, yang ditemukan tewas di kota kecil San Jose Independencia, Oaxaca. Tragedi ini terjadi hanya beberapa jam setelah seorang politisi lain, Noe Ramos, tewas akibat serangan brutal saat berkampanye.
Kekerasan ini tidak hanya berdampak pada para kandidat politik, tetapi juga meresahkan masyarakat.
Baca Juga: Peretasan PDN Bisa Hilangkan Uang Nasabah, Roy Suryo Peringatkan Ancaman Besar
Ancaman dan intimidasi membuat para politisi dan pendukungnya selalu waspada, berjalan di atas tali tipis antara hidup dan mati.
Lorenzo Martinez, calon presiden kota di Zacapu, terpaksa mengundurkan diri karena ancaman yang mengintai.
Kekerasan politik bukan fenomena baru di Meksiko. Sejarah mencatat, pada pemilu 2021, setidaknya 30 kontestan politik menjadi korban pembunuhan.
Baca Juga: Kekhawatiran akan Politik Dinasti, Feri Amsari Bongkar Konspirasi Putusan MA Meloloskan Kaesang
Pada tahun 2018, 24 kasus pembunuhan politik terjadi, dan bahkan pada tahun 1994, calon presiden Luis Donaldo Colosio tewas dibunuh, mengguncang fondasi politik negara ini.
Salah satu faktor utama kekerasan ini adalah pengaruh kartel narkoba yang semakin kuat. Kartel menggunakan kekerasan untuk mendominasi politik lokal, memaksakan kandidat mereka sendiri, dan menggunakan intimidasi, korupsi, serta teror sebagai alat.