bisinisbandung.com - Perkembangan kecerdasan buatan (AI) terus melaju pesat di berbagai negara, termasuk Malaysia dan Singapura yang telah lebih maju dalam industri chip dibandingkan Indonesia.
Ketertinggalan ini menimbulkan pertanyaan besar tentang bagaimana posisi Indonesia dalam kompetisi global AI.
Pengusaha Chandra Putra Negara menjadi salah satu tokoh yang menyoroti kondisi ini dan membandingkannya dengan negara-negara lain.
Menurut Chandra, salah satu tantangan utama yang dihadapi Indonesia adalah sulitnya menarik investasi teknologi besar.
Baca Juga: Tantangan Polri di Era Prabowo, Mahfud MD: Evaluasi Kepemimpinan Harus Segera Dilakukan
“Nasib Indonesia ya itu tadi. Kalau di Indonesia sesuatu bisa dibikin rumit, kenapa harus dibikin sederhana,” singgungnya dilansir Bisnis Bandung dari youtube Success Before 30.
Banyak perusahaan lebih memilih membangun pabrik di negara-negara tetangga seperti Vietnam, Malaysia, dan Singapura, sementara Indonesia kerap mengalami tarik ulur dalam hal kebijakan investasi.
Ia mencontohkan bagaimana pabrik iPhone yang rencananya akan dibangun di Indonesia akhirnya batal karena faktor birokrasi dan regulasi yang berbelit.
Baca Juga: Kematian Nenek Akibat Antri Gas 3 KG, Rudi Kamri: Menteri Bahlil Harus Bertanggung Jawab
Meski demikian, Chandra menilai bahwa Indonesia tidak sepenuhnya tertinggal. Salah satu inisiatif yang telah diluncurkan adalah Sahabat LLM oleh Indosat, yang menjadi langkah awal Indonesia dalam AI.
“Indonesia juga ikut dalam AI race ini. Indonesia, melalui Indosat, sudah meluncurkan Sahabat LLM, tapi memang masih sangat jauh dibandingkan dengan Deepseek. OpenAI juga masih kalah jauh dibandingkan Malaysia,” terangnya.
Namun, menurutnya, teknologi ini masih jauh tertinggal dibandingkan dengan Deepseek asal Tiongkok ataupun inisiatif AI dari negara-negara lain di Asia.
Di tingkat internasional, Indonesia telah bergabung dalam BRICS dan mulai terlibat dalam diskusi mengenai pengembangan AI bersama negara-negara anggota lainnya.
Baca Juga: Tak Seperti Ridwan Kamil, Dedi Mulyadi Ogah Seremonial Cukup Gunting Pita dan Makan Timbel
Artikel Terkait
Dari Jazz Hingga AI: Menyambut Generasi Beta, Penerus Generasi Alpha yang Revolusioner
‘Fokus Crypto dan AI’ Timothy Ronald Ungkap Peluang Emas Ini Hanya Sekali dalam 100 Tahun
China Luncurkan DeepSeek Melampaui ChatGPT, Teknologi AI yang Mengguncang Pasar Dunia : AS Rugi Rp16.000 Triliun dalam Sehari
Bukalapak Tumbang! Tom Mc Ifle Soroti Perjalanan Unicorn Kebanggan Indonesia Tersebut
Perlunya Regulasi Media Ramah Anak di Indonesia Menjadi Perhatian ATVLI
Amien Rais Sebut Mulyono Terjangkit Peter Pan Syndrome, Apa Dampaknya untuk Indonesia?