Bisnisbandung.com - Kebijakan penutupan sementara aktivitas pertambangan di Parung Panjang, Rumpin, Cigudek, dan Tenjo, Kabupaten Bogor, menuai pro-kontra.
Sejumlah warga dan pelaku usaha tambang meluapkan kekecewaannya karena kehilangan sumber pendapatan.
Namun Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menegaskan dirinya tak gentar menghadapi tekanan penambang.
Baca Juga: Deretan Bintang Muda dan Senior Ramaikan Serial Remaja ‘Di Luar Nurul’
Dedi Mulyadi menyampaikan empati kepada para sopir truk dan pekerja tambang yang terdampak kebijakan tersebut.
Namun ia menekankan bahwa keputusan pahit ini diambil demi keselamatan masyarakat luas.
“Dari 2019 sampai 2024 ada 195 orang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas yang melibatkan truk tambang. Ada 104 orang luka berat. Pertanyaannya, ke mana Anda semua saat anak-anak kehilangan orang tuanya?” ujar Dedi Mulyadi.
Menurut Dedi Mulyadi selama ini banyak pihak hanya sibuk menghitung keuntungan dari aktivitas tambang tanpa peduli pada derita masyarakat.
Ia menyinggung penderitaan warga yang setiap hari hidup dengan debu, kebisingan, hingga risiko maut di jalan raya.
Baca Juga: Siap Tayang Bulan Depan, Film Horor Indonesia ‘Abadi Nan Jaya’ Sajikan Teror Zombi Unik
“Berapa banyak masyarakat yang kena ISPA? Berapa angka depresi akibat jalan yang setiap hari jadi arena maut? Berapa hancurnya ekosistem di sekitar Parung Panjang? Ke mana kepedulian Anda semua?” tegasnya.
Selain soal nyawa Dedi Mulyadi juga menyinggung kerugian negara.
Ia menyebut jalan baru yang dibangun dengan biaya puluhan miliar rupiah hancur dalam hitungan hari karena dilalui truk-truk tambang.
“Siapa yang menikmati hasil tambang? Penambang. Siapa yang rugi? Rakyat dan negara. Kalau ini dibiarkan, berapa triliun lagi yang harus kita keluarkan untuk perbaikan?” katanya.