“Warung-warung dibongkar dulu terus ditata. Pedagangnya dididik supaya pakai kabaya make pangsi. Sing jalujur!” katanya.
Dedi Mulyadi juga menyinggung keberhasilan Subang sebagai daerah yang kini menjadi destinasi wisata karena pengelolaan tata ruang dan estetika yang baik.
Ia berharap hal serupa bisa diterapkan di Majalengka dengan pendekatan khas daerah.
Pidato Dedi Mulyadi yang penuh gaya khas Sunda ini kembali menjadi pembicaraan publik terutama karena keberaniannya menanggapi kritik secara terbuka dan mengubahnya menjadi bahan lelucon politik yang menyentil.***