Bisnisbandung.com - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyoroti praktik setoran liar yang membebani para sopir truk di berbagai wilayah industri.
Hal ini Dedi Mulyadi sampaikan dalam Apel Satgas Pemberantasan Premanisme.
Dedi Mulyadi menegaskan bahwa premanisme yang tumbuh subur bisa berdampak buruk bagi iklim investasi di daerah.
Dikutip dari youtube humas jawa barat, Dedi Mulyadi menjelaskan "Satu sopir harus bayar Rp50 ribu per truk tiap bulan. Orang yang hanya duduk-duduk bisa mendapat Rp40 juta hingga Rp1 miliar hanya dengan menjual karcis."
"Ini enggak boleh dibiarkan!" ujar Dedi Mulyadi.
Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa Jawa Barat telah mengalami transformasi dari masyarakat agraris ke industri.
Namun banyak warga yang belum beradaptasi dengan pola hidup industri yang disiplin dan berorientasi produksi.
Baca Juga: Qodari Sebut Sebelum Kontroversi Hasan Nasbi Pemerintah Sudah Lakukan Evaluasi Besar
Dedi Mulyadi mengatakan "Dulu di era pertanian orang bisa hidup santai."
"Sekarang di dunia industri ritmenya beda. Orang harus bangun pagi pulang sore bahkan ada yang kerja lembur siang malam. Kalau tidak bisa menyesuaikan diri mereka akan tersisih," kata Dedi Mulyadi.
Akibatnya muncul kelompok yang membangun kekuatan sendiri di luar sistem industri.
Mereka memanfaatkan kelemahan dunia usaha yang enggan berkonflik dengan premanisme.
"Daripada ribet banyak perusahaan memilih mengakomodasi mereka. Ini yang membuat praktik seperti ini semakin besar," imbuhnya.
Baca Juga: Pemred Tempo Ungkap Belum Mendapat Kabar Apapun Soal Investigasi Kasus Teror Kepala Babi